Jakarta (Antara Babel) - Calon gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan,
meminta Hadiah Nobel Perdamaian yang pernah diberikan kepada Menteri
Luar Negeri Myanmar, Aung San Suu Kyi, dicabut; karena dia dinilai hanya
berdiam diri saat kekejaman melanda umat muslim Rohingya.
"Saya
menyerukan kepada Komite Nobel Norwegia untuk mencabut hadiah Nobel
Perdamaian yang diberikan kepada dia (Suu Kyi). Sungguh disayangkan,
tidak dapat diterima dan tidak dapat dipahami ketika seorang peraih
Nobel Perdamaian hanya berdiri diam, tidak bertindak, dan mengabaikan
kekejaman ini," kata Baswedan, dalam video yang diunggah di akun
Instagram @aniesbaswedan, Minggu (27/11).
Dia menilai Suu
Kyi sangat bersalah dengan membiarkan pelanggaran hak asasi manusia dan
pembersihan etnis yang terus dilakukan terhadap kaum Rohingya.
"Kami
ingin Komite Nobel Norwegia memperhatikan hal ini secara serius dan
mengambil tindakan. Dunia mengamati Anda, di mana posisi Anda pada
masalah kekejaman pembersihan etnis ini," katanya, dalam pidato
berbahasa Inggris itu.
Baswedan mengatakan, sebagai negara dengan
masyarakat mayoritas Muslim, Indonesia terbuka menerima kaum Rohingnya
untuk berlindung dari kekejaman itu.
"Sebagai umat muslim
Indonesia, kami membuka tangan kepada para saudara kami dari Myanmar
untuk berlindung di tanah kami. Anda adalah saudara-saudara kami. Kami
menyambut Anda. Kami akan menjaga Anda. Namun ini hanya solusi
sementara. Akar masalah harus diselesaikan," katanya.
Ia pun
meminta warga Indonesia untuk mendoakan kaum Rohingya agar diberikan
kekuatan dan melawan diskriminasi, penyiksaan dan penindasan tersebut.
"Mari
bangkit, kirimkan doa kepada kaum Rohingya. Mohonkan bantuan kepada
Allah untuk menguatkan iman mereka, menguatkan moral mereka, menguatkan
semangat mereka dalam melawan kekejaman pembersihan etnis ini. Ingat,
kita tidak akan melupakan hal ini," tuturnya.
Anies Baswedan Minta Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi Dicabut
Senin, 28 November 2016 17:06 WIB