Jakarta (Antara Babel) - Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki baru-baru
ini mengunjungi Univerisitas Mathlaul Anwar (UNMA) di Pandeglang,
Banten serta menjadi salah satu pembicara pada seminar bertema "Merajut
demokrasi, menangkal intoleransi" yang diselenggarakan di perguruan
tinggi itu.
Dekan Fakultas Agama UNMA Banten Drs H Mohammad Zen MM, Selasa
kepada pers di Jakarta mengemukakan, segenap civitas akademika UNMA
Banten mengapresiasi kedatangan Kepala Staf Kepresidenan ke universitas
swasta yang berlokasi di Cikaliung Pandeglang, Banten itu.
Menurut Zen, Teten juga mengapresiasi UNMA yang peduli terhadap
dinamika dan tantangan kehidupan berbangsa dan bernegara sebagaimana
dicerminkan dengan pelaksanaan seminar tentang demokrasi dan toleransi
di perguruan tinggi itu.
Kepala Staf Kepresidenan lebih lanjut menyarankan UNMA yang
memiliki 10 fakultas itu agar memperbanyak pendidikan vokasional yang
mengarahkan pada penguasaan kemahiran atau keterampilan tertentu agar
perguruan tinggi itu mampu memproduksi SDM siap kerja.
Khusus terkait seminar bertema "Merajut demokrasi, menangkal
intoleransi" yang dilaksanakan pada 21 Januari 2017, Teten antara lain
mengemukakan perlunya umat Islam Indonesia untuk tidak menutup diri,
tetapi bersikap terbuka terhadap perubahan.
"Umat Islam Indonesia adalah kelas menengah sosial yang sejatinya
bisa mendorong perubahan ke arah yang lebih baik, selain bisa banyak
berperan mengisi pembangunan dan mendorong perbaikan kondisi sosial yang
kini sedang menghangat," kata Teten seperti dikutip Zen.
Indonesia sebagai negara demokrasi dengan penduduk Muslim
terbesar di dunia, lanjutnya, bahkan bisa menjadi "pemimpin" dunia.
Orang-orang Indonesia harus banyak berkiprah di dunia
internasional, seperti warga negara India yang bisa menduduki banyak
lembaga dunia, terutama karena kemampuannya dalam berbahasa Inggris.
Menurut Kepala Staf Kepresidenan, dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan rakyat, Indonesia sudah sepakat memilih jalan demokrasi.
Namun demokrasi di Indonesia masih menghadapi tantangan besar.
Tantangan dimaksud di antaranya terkait dengan stabilitas politik
dan persatuan nasional, korupsi dan politik transaksional, radikalisme
dan tantangan terorisme, penegakan hukum, geopolitik, dan media sosial.
Sementara itu Rektor UNMA Prof Bambang Pranowo menyatakan bahwa
Islam tidak bertentangan dengan demokrasi. Demokrasi dalam Islam adalah
syuro atau musyawarah.
Oleh sebab itu tidak aneh jika para tokoh Islam pendiri republik
ini, menurut dia banyak berperan dalam meletakkan dasar-dasar demokrasi
di Indonesia.
Prof Bambang juga menegaskan, membangun demokrasi yang kuat
memerlukan hadirnya civil society yang kuat, militer yang profesional,
dan adanya tertib hukum.
Sementara itu pengamat politik dan dosen UNMA Banten Dr Ali
Nurdin yang juga tampil selaku panelis, mengatakan bahwa demokrasi dan
toleransi sudah tumbuh sejak lama di Indonesia, bahkan sampai ke
pelosok.
Ali Nurdin menyebut contoh demokrasi dan toleransi di beberapa
daerah di Indonesia, termasuk di Pulau Adonara Nusa Tenggara Timur
(NTT). Di sana, menurut dia, Muslim dan pemeluk agama lainnya sejak dulu
sampai sekarang hidup berdampingan secara damai.
Kepala Staf Kepresidenan Kunjungi UNMA Banten
Selasa, 24 Januari 2017 23:49 WIB