Pangkalpinang (ANTARA) - Staf Khusus Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Bidang Kemasyarakatan Jauhari menegaskan isu yang beredar di media massa dan media sosial bahwa dirinya menerima uang damai Rp40 juta adalah hoaks atau informasi bohong.
"Saya tidak pernah meminta atau menerima uang damai Rp40 juta terkait penindakan tambang timah ilegal di Jelitik Bangka," kata Jauhari dalam keterangan pers diterima LKBN ANTARA Babel di Pangkalpinang, Kamis.
Ia mengatakan di media maupun media sosial saat ini beredar kabar miring bahwa dirinya menerima uang damai Rp40 juta dan isu itu cukup cepat menyebar, membuat publik bertanya-tanya atas kebenaran informasi bohong tersebut.
“Saya tidak pernah menerima uang itu. Tuduhan tersebut tidak benar, dan saya siap dikonfrontasikan dengan siapa pun yang menyebut sebaliknya,” ujarnya.
Jauhari menceritakan kronologinya, pada 11 September lalu, pihak Bakamla melakukan penindakan terhadap aktivitas tambang timah ilegal di Jelitik. Nama Cepot yang disebut sebagai kolektor timah, ikut diamankan. Kemudian, Subuh sekitar pukul 04.00 WIB, bahkan ada penggerebekan ke rumah Cepot.
“Waktu itu saya di telepon Kuncuy, diminta datang membantu. Tapi, karena sudah larut malam, saya bilang kita tunggu esok hari. Besok paginya, dan kembali dihubungi Kuncuy, baru saya tanyakan langsung ke pihak Bakamla di Pangkalpinang,” katanya.
Dari hasil konfirmasi dengan Bakamla, barang bukti timah yang diamankan telah diserahkan ke PT Timah pada 18 September 2025. Jauhari mengaku hanya berperan sebagai penghubung untuk memastikan proses penanganan berjalan transparan.
Ia menegaskan, saran yang diberikannya kepada Bakamla murni dilandasi kondisi masyarakat yang sedang menghadapi tekanan ekonomi.
“Saya hanya berharap agar penyelesaiannya bisa lebih bijak, supaya keluarga yang diamankan tidak semakin terbebani,” katanya.
Jauhari sekali lagi menegaskan menolak isu uang damai Rp40 juta yang dituduhkan kepadanya.
“Tidak benar sama sekali. Saya tidak pernah menerima uang itu. Saya siap jika harus dikonfrontasi langsung dengan pihak Kuncuy maupun Cepot,” tegasnya lagi.
Sebagai Staf Khusus Gubernur, Jauhari balik menegaskan bahwa dirinya siap 24 jam melayani masyarakat yang ingin bertemu sesuai bidang tugasnya.
Ia memahami posisinya sebagai penghubung aspirasi masyarakat kepada pemerintah, sehingga setiap langkah dan tindak-tanduknya harus dijaga dengan baik.
Terkait pemberitaan di media, Jauhari menyampaikan pihaknya akan mengkaji lebih lanjut media yang menyebarluaskan isu tanpa konfirmasi kepadanya terlebih dahulu.
Namun demikian, ia tetap melihat media sebagai mitra pemerintah yang perannya sangat penting.
“Kami siap bekerja sama dengan media, karena pada dasarnya media adalah mitra pemerintah dalam memberikan informasi yang benar kepada masyarakat,” ungkapnya.
Menurut dia meski berbagai tudingan, cercaan, dan fitnah diarahkan kepadanya, Jauhari menegaskan tidak akan goyah dalam menjalankan tugas.
“Meskipun kami dicaci maki, dihina dan difitnah, kami selaku pelayan masyarakat tidak akan surut untuk membantu masyarakat sesuai instruksi Gubernur Kepulauan Bangka Belitung,” tegasnya.
Jauhari menambahkan, dirinya telah diminta klarifikasi resmi oleh Koordinator Stafsus Babel Bidang Pemerintahan, Yuliswan Burnani, serta didampingi oleh Stafsus Bidang Hukum Aparatur Sipil Negara, K.A. Tajudin, dan Stafsus Advokasi Hukum, Agus Hendrayadi.
Hal ini menjadi bukti bahwa ia terbuka, transparan, dan kooperatif dalam memberikan keterangan.
