Palembang (Antarasumsel.com) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) Surya Chandra Surapaty mengatakan Air Susu
Ibu (ASI) menjadi asupan gizi terbaik untuk bayi yang hingga kini belum
ada tandingannya.
"ASI itu yang terbaik. Jangan percaya bahwa susu formula dapat
menggantikannya dengan iklan yang mengatakan bahwa anak akan lebih
cerdas karena ada mineral dan vitaminnya. Ibu harus memberikan ASI agar
anaknya sehat dan cerdas," tegas Surya dalam kuliah umum di Pasca
Sarjana Universitas Sriwijaya, Palembang, Selasa.
Ia mengatakan hal itu karena mendapati terjadi perubahan sikap di
kalangan perempuan pekerja di perkotaan yang terkadang menggampangkan
kewajiban memberikan ASI.
Mereka mengganti asupan ASI dengan susu formula karena alasan tuntutan pekerjaan.
Dampaknya, masih banyak dijumpai kejadian tumbuh pendek atau
stunting. Menurut data yang dihimpun oleh Kementerian Kesehatan pada
2013 ada sekitar 37,2 persen status balita yang pendek.
Surya mengatakan angka tersebut termasuk tinggi, dan salah satu
penyebabnya karena kehamilan ibu Indonesia tidak terencana dengan
matang.
"Sebanyak 30 persen anak Indonesia keadaannya stunting, bisa
dikatakan pendek orangnya, pendek pula otaknya. Hal ini karena saat
hamil ibunya kurang gizi. Setelah itu pemberian ASI juga tidak lengkap
mulai dari inisiasi menyusui dini, eksklusif enam bulan, sampai dua
tahun tanpa setetes pun susu sapi," kata Surya.
Ketika ibu kesulitan memberikan ASI, maka pada umumnya akan diberikan susu sapi sebagai pengganti.
Menurut Surya, kebiasaan ini yang seharusnya dihindari karena
bagaimanapun asupan terbaik bagi bayi adalah ASI. Bila usia anak sudah
semakin bertambah, maka pemberian ASI bisa disandingkan dengan Makanan
Pendamping ASI (MPASI).
"Susu sapi hanya untuk ibunya. Kalau lagi hamil, lagi menyusui,
minum susu sapi bagus untuk gizi ibu, jadi susu sapi untuk ibunya dan
ASI untuk anaknya," kata dia.
Bukan hanya soal ASI saja, Surya juga menyesalkan sikap ibu yang
menyerahkan pemeliharaan dan pengasuhan anak kepada pengasuh (baby
sitter).
"Saat kecil, anak tidak diberikan ASI. Lantas pengasuhannya juga
diserahkan ke orang lain. Lalu, orangtua sibuk mencari uang, tanpa
menyadari bahwa telah mengabaikan hal-hal penting yang merupakan pondasi
untuk kehidupan anak di masa datang," kata Surya.
Oleh karena itu, BKKBN dalam program Kependudukan dan Keluarga
Berencana gencar mempromosikan delapan fungsi keluarga untuk mendorong
keluarga-keluarga di Indonesia melahirkan Sumber Daya Manusia unggul.
Delapan fungsi tersebut yaitu fungsi keagamaan, sosial budaya, cinta
kasih, melindungi, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan
fungsi pembinaan lingkungan.
Berita Terkait
BKKBN imbau suami-istri kesampingkan ego hadapi perbedaan politik
27 November 2024 13:52
BKKBN paparkan 5 pasti & 5 standar baru Audit Kasus Stunting 2024
20 November 2024 14:10
Kemendukbangga dan Kemensos Sepakat Bersinergi Program dan Mewujudkan Satu Data
6 November 2024 21:32
BKKBN Bangka Belitung pantau petugas percepatan penurunan stunting di Belitung
30 Oktober 2024 19:52
Perkuat koordinasi, BKKBN Babel monev PPS di Belitung
29 Oktober 2024 21:22
BKKBN pantau penanganan stunting di Bangka Barat
22 Oktober 2024 23:23
BKKBN Babel gandeng kampus dampingi penanganan stunting Bangka Barat
22 Oktober 2024 23:10