Malang (Antara Babel) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud)
Muhadjir Effendy mengemukakan budaya membaca dan literasi masyarakat
Indonesia tertinggal empat tahun dibandingkan dengan negara maju.
"Kemampuan literasi kita jauh tertinggal dengan negara lain. Oleh
karena itu, harus kita kejar agar tidak tertinggal lebih jauh lagi,"
katanya saat memberikan sambutan Uji Publik Rancangan Undang Undang
(RUU) Sistem Perbukuan 2017 di Teater Dome Universitas Muhammadiyah
Malang (UMM) di Malang, Jawa Timur, Rabu.
Ketertinggalan, menurut dia, digambarkan pada siswa SMA kelas 3
(kelas XII) karena kemampuan membaca atau literasinya sama dengan siswa
kelas 2 SMP (kelas 8) di sejumlah negara maju. Bahkan, di sekolah daerah
pelosok Indonesia ada siswa hingga mahasiswa masih belum mampu membaca
secara lancar dan memahami maknanya.
Oleh karena itu, ia mengemukakan, masalah perbukuan dan literasi
sangat mendesak sekaligus harus diluruskan, serta harapannya RUU Sistem
Perbukuan segera disahkan.
Uji Publik RUU Sistem Perbukuan yang digelar di UMM Dome dihadiri
Tim Panitia Kerja (Panja) RUU Sistem Perbukuan Komisi X DPR RI, Kepala
Balai Penelitian dan Pengembangan (Kabalitbang) Kemdikbud, pakar hukum
dan akademisi.
"Kami telah melakukan serangkaian kegiatan terkait RUU ini di
beberapa lokasi, di antaranya kegiatan membaca 16.000 murid di
Banyuwangi dan rapat musyawarah perpustakaan nasional di Denpasar," kata
mantan Rektor UMM tersebut.
Menurut Muhadjir, RUU Sistem Perbukuan menjadi pertanda bangsa
Indonesia telah menyadari pentingnya buku dan membaca untuk memperkokoh
bangsa menuju Indonesia lebih baik.
Ketertinggalan yang saat ini
dialami bangsa Indonesia, dikatakannya, harus dikejar dengan RUU
tersebut dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi seluruh wilayah di
Indonesia.
Guna mendukung dan mempercepat budaya literasi tersebut,
dikemukakannya, Kemendikbud akan membangun budaya literasi dari wilayah
pinggiran, melakukan gerakan literasi dan membaca, membagi buku ke
wilayah tertinggal atau daerah terluar, terdepan dan tertinggal (3T)
hingga waqaf buku.
Hanya saja, ia menilai, bangsa Indonesia menghadapi permasalahan
rumit, yakni disparitas antardaerah terlalu jauh. Ada siswa SMA, bahkan
mahasiswa tidak bisa merangkai kalimat secara benar atau membuat
konstruksi kalimat secara tepat.
Oleh karena itu, ia menyatakan, kebijakan afirmasi harus
digencarkan karena kondisi dan wilayah negeri ini berbeda tingkatannya.
"Harapan
kami, pada tahun ini persoalan-persoalan disparitas literasi dan
kemampuan siswa di seluruh Tanah Air bisa merata dan tuntas," demikian
Muhadjir Effendy.
Mendikbud: Budaya Baca Indonesia Tertinggal Empat Tahun
Rabu, 22 Maret 2017 21:16 WIB
Kemampuan literasi kita jauh tertinggal dengan negara lain. Oleh karena itu, harus kita kejar agar tidak tertinggal lebih jauh lagi,