Jakarta (Antara Babel) - Indonesia akan menambah jumlah perempuan yang
menjadi anggota pasukan perdamaian dunia sesuai komitmen dari sidang
"Commission of the Status of women (CSW) ke-61 di New York, Amerika
Serikat, pada 13-24 Maret 2017.
"Kehadiran perempuan penting
dalam menjalani misi perdamaian. Saat ini Indonesia baru mengirimkan 18
perempuan sebagai pasukan perdamaian," kata Menteri Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise di Jakarta, Senin.
Tahun
ini, Indonesia berjanji menambah 15 persen perempuan dari 2.867 total
anggota pasukan perdamaian yang dikirim Indonesia pada 10 misi
perdamaian.
Anggota Delegasi Indonesia dari Kementerian Luar
Negeri pada CSW ke-61 Grata Endah Werdaningtyas mengatakan peran
perempuan dibutuhkan tidak hanya sebatas polisi dan tentara, tetapi juga
dari sipil.
"Saat ini kita baru mengirimkan tentara dan polisi
tetapi sebenarnya dari sipil juga banyak dibutuhkan seperti dokter,
relawan, ahli gender, ahli negosiasi dan juga ahli hukum, karena kita
sedang berbicara tentang pembangunan pasca konflik," kata Grata.
Menambah
perempuan menjadi pasukan perdamaian tidaklah mudah karena mereka akan
ditempatkan di daerah konflik selama enam bulan hingga setahun sehingga
belum tentu diizinkan oleh suami atau keluarganya.
Oleh karena
itu, Kemen PPPA akan bekerja sama dengan Polri dan TNI mencari relawan
yang bersedia menjadi pasukan perdamaian dunia.
"Nanti kita akan
buka pendaftarannya. Setelah keterima akan ada pelatihan untuk mereka
agar dapat beradaptasi dengan daerah konflik," kata dia.
Dia
menganggap kehadiran perempuan di zona konflik akan lebih efektif dalam
membangun komunikasi dengan penduduk lokal dan dapat menjadi panutan
bagi keumintas terkait kepemimpinan perempuan serta memperbaiki budaya
kerja pasukan menjadi semakin peka gender dan responsif.
Indonesia Tambah jumlah Perempuan Sebagai Pasukan Perdamaian Dunia
Senin, 3 April 2017 21:26 WIB