Riyadh, Arab Saudi (Antara Babel) - Presiden Amerika Serikat Trump
menyampaikan kalimat "ekstremisme islamis" sewaktu berbicara kepada 50
pemimpin negara-negara muslim dalam KTT Islam-Amerika Serikat di
Riyadh. Istilah itu dianggap lebih lembut ketimbang "terorisme Islam
radikal" yang sering dia kemukakan sewaktu kampanye Pemilu AS 2016.
Mengenai
hal ini seorang pejabat Gedung Putih berkilah bahwa Trump hanya
mengalami kelelahan. "Hanya orang yang sudah kelelahan," kata dia kepada
wartawan seperti dikutip Reuters.
Istilah "ekstremisme islamis"
merujuk kepada islamisme sebagai gerakan politik ketimbang Islam sebagai
agama. Istilah ini kerap disampaikan Trump saat mengkritik pemerintahan
AS sebelumnya pimpinan Barack Obama yang mengenalkan istilah itu.
Sewaktu
masih menjadi calon presiden, Trump pernah berjanji melarang muslim
masuk ke AS. Saat menjadi presiden, dia mengeluarkan Keppres yang
melarang orang-orang dari negara muslim tertentu masuk ke AS, yang
kemudian dimentahkan pengadilan karena dianggap diskriminatif.
Perubahan
intonasi kalimat Trump dalam soal Islam ini adalah upaya Trump dalam
mendefinisikan kembali hubungan AS dengan dunia muslim.
Filosofi
"America first" Trump telah mengantarkannya memenangi Pemilu 2016 dan
menyusuhkan sekutu-sekutu AS yang selama ini tergantung kepada dukungan
militer AS.
Mengapa di Riyadh Trump Tak Pakai Retorika Keras Terhadap Islam
Senin, 22 Mei 2017 16:26 WIB