Dengan telaten Isnia (47 tahun) menimbang setiap bayi yang dibawa oleh
ibunya ke Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Desa Tanak Awu, Kecamatan
Pujut, Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat (NTB).
Setelah itu, perempuan itu mencatat kemajuan berat badan bayi yang ditimbang, naik atau turun.
Tidak sampai di situ, kemudian dia melanjutkan memberi penjelasan
pentingnya Menu Empat Bintang pengganti 4 Sehat 5 Sempurna kepada para
ibu yang menimbangkan bayinya tersebut.
Perempuan setengah baya itu dengan gamblang menjelaskan Menu Empat
Bintang terdiri atas karbohidrat sebagai sumber penghasil energi,
protein hewani sebagai sumber pembentuk sel tubuh dan zat besi, sayur
dan buah sebagai sumber vitamin, serta kacang-kacangan sebagai sumber
protein nabati dan mineral zat besi.
"Jadi, begitu, ya, Bu. Menu Empat Bintang, merupakan makanan
pelengkap untuk menambah gizi kebutuhan gizi anak," ujar kader Posyandu
Tatak Desa Tanak Awu, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, NTB itu.
Setiap bulan Isnia bersama kader Posyandu Tatak lainnya aktif
menimbang bayi, memberikan imunisasi, memeriksa ibu hamil hingga
mengadakan tabungan ibu hamil (tabumil).
Ia merasa bersyukur karena sejauh ini tidak ada masalah gizi
buruk, kematian ibu melahirkan dan kematian bayi di Posyandu Tatak.
Begitu pula, dengan masalah stanting, belum pernah ditemukan di Desa
Tatak.
Semua itu, kata Isnia, bisa dicegah karena setiap kader posyandu
aktif memberi anjuran agar orang tua memberikan air susu ibu (ASI)
eksklusif selama 6 bulan pertama bayi serta makanan bergizi kepada
anak-anak.
Hasilnya, sejak 2006 sampai sekarang tidak ditemukan masalah
"stunting" di wilayah tersebut. Angka kematian ibu melahirkan dan
kematian bayi maupun masalah gizi buruk berhasil ditekan.
Berkat prestasi tersebut, Posyandu Tatak berhasil menyabet
penghargaan Juara II Tingkat Nasional Kelompok Pendukung ASI Ekskusif
(KP-ASI).
Isnia merupakan salah satu peserta pelatihan On the Job Training
Pemberian Makan Bayi dan Anak (OJT PMBA) yang diselenggarakan Millennium
Challenge Account (MCA-Indonesia) melalui Proyek Kesehatan dan Gizi
Berbasis Masyarakat untuk Mencegah Stunting (PKGBM) di NTB.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan "stunting" adalah
masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam
waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru
terlihat saat anak berusia 2 tahun.
Menurut UNICEF, stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak
usia 0 sampai 59 bulan dengan tinggi di bawah minus (stunting sedang
dan berat) dan minus tiga (stunting kronis) diukur dari standar
pertumbuhan anak keluaran WHO.
Disiapkan
Bersama kader Posyandu dan kader puskesmas lainya, Isnia, memang
disiapkan untuk menjadi "pasukan khusus" mengatasi masalah masih
tingginya angka kematian ibu melahirkan dan angka kematian bayi
serta "stunting" di NTB.
Menurut Fasilitator Pelatihan Provinsi NTB Erna Wahyuningsih, OJT
PMBA merupakan kegiatan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas para
kader agar dapat melakukan deteksi dini di wilayahnya masing-masing
terkait dengan status gizi bayi dan anak.
Secara nasional OJT PMBA dilaksanakan di 11 provinsi dan 64
kabupaten yang menjadi wilayah kerja (PKGBM) MCA-Indonesia. Di NTB,
salah satu kegiatan OJT PMBA diadakan di Kabupaten Lombok Tengah sejak
16 Mei s.d. 2 Juni 2017.
OTJ PMBA dibagi menjadi delapan kelas dan setiap kelasnya terdiri
atas 10 orang peserta yang ditentukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten dan
puskesmas setempat.
Umumnya, peserta yang ikut pelatihan merupakan kader posyandu,
kader puskesmas, kader PKK, bidan desa, dan petugas gizi puskesmas.
Selain OTJ PMBA, tambah Erna, terdapat dua pelatihan lainnya yang
diadakan, yaitu Training of Trainer Pemberian Makan Bayi dan Anak (TOT
PMBA) dan Supportive Supervision Pemberian Makan Bayi dan Anak (SS
PMBA).
Berbeda dengan OJT PMBA yang bertujuan menyiapkan calon
fasilitator, pelatihan TOT PMBA diadakan dalam rangka menyiapkan
fasilitator yang akan melatih para calon fasilitator tadi.
Setelah rangkaian pelatihan PMBA selesai, barulah masuk kepelatihan SS PMBA.
Sementara itu, untuk bidang sanitasi, PKGBM juga menyelenggarakan
pelatihan pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di tingkat
kecamatan hingga tingkat desa. Kader kesehatan peserta pelatihan
ditargetkan dapat menstimulus masyarakat agar mau membuat jamban
pascapemicuan, verfikasi bebas buang air besar sembarangan atau Open
Detication Free (ODF) dan deklarasi ODF.
Sanitasi adalah bagian penting dalam pencegahan stanting karena
lingkungan yang tidak bersih dapat menyebabkan anak terserang penyakit,
seperti diare, sehingga gizi dalam badannya bukan dipakai untuk tumbuh,
tetapi dialihkan untuk menyembuhkan sakitnya.
Apresiasi
Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Lombok Tengah Ikramudin Idris
mengapresiasi dan bersyukur dengan adanya pelatihan yang difasilitasi
MCA-Indonesia.
Menurut dia, pelatihan berlangsung di 10 kecamatan di Lombok
Tengah itu bertujuan meningkatkan kapasitas dan kemampuan kader dalam
memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.
Para peserta yang telah mengikuti pelatihan kemudian ditugaskan
memberikan konseling kepada masyarakat seperti ibu hamil dan ibu yang
memiliki bayi. Dalam hal ini, kata Ikramudin, mereka sangat berperan
untuk mencegah dan meminimalisir potensi stanting di Lombok Tengah.
"Saat ini, jumlah peserta pelatihan masih sedikit. Ke depan, saya
berharap jumlahnya peserta pelatihan bisa bertambah banyak," ujarnya.
Sejak akhir Mei 2017, kata Ikramudin, MCA-Indonesia juga memberikan
bantuan berupa alat antropometri atau alat ukur tinggi dan berat anak
serta tablet zat besi untuk ibu hamil.
Pemberian tablet yang lebih popular disebut "tablet tambah darah
itu" bertujuan menghindarkan ibu hamil terhindar dari anemia, yang
bisa menyebabkan anak yang dilahirkannya memiliki status gizi buruk,
seperti lahir dengan berat badan rendah.
"Biasanya anak-anak yang saat lahir status gizinya kurang baik akan
mengalami stanting di usia balitanya," ujar Erna menambahkan.
NTB termasuk provinsi yang cukup sukses dalam pencapaian Tujuan
Pembangunan MDGs, hal itu terlihat selama 5 tahun berturut-turut,
provinsi tersebut mendapatkan MDGs Award dari pemerintah pusat. Itu
berarti, sebagian besar kebijakan dan program pembangunan di Provinsi
NTB, sudah berada di jalur yang tepat.
Namun, dalam hal pembangunan kesehatan, tingkat pencapaiannya perlu dioptimalkan.
Hal tersebut dikatakan Gubenur NTB Muhammad Zainul Majdi dalam
Seminar Nasional Mengawal Keberlanjutan Investasi Compact di Jakarta,
April 2017.
Menurut Gubernur, masalah stanting serta angka kematian ibu dan
bayi masih menjadi pekerjaan rumah NTB. Oleh karena itu, telah menjadi
prioritas pembangunan pemerintah provinsi tersebut.
Berbagai langkah dan upaya percepatan terus dilakukan, salah
satunya bermitra strategis dengan MCA-Indonesia yang menginisiasi PKGBM.
Menurut Zainul Majdi, program-program yang dikerjakan oleh
MCA-Indonesia sangat sesuai dengan program-program pemerintah provinsi
NTB. Oleh karena itu, pihaknya tidak ragu untuk mendukung PKGBM
terlebih untuk aspek kesehatan ibu dan anak yang memang menjadi
perhatian Pemerintah Provinsi NTB.
Ia bersyukur MCA-Indonesia masuk juga ke sektor kesehatan dan
kebetulan program-program yang dijalankan sesuai dengan program kerja
Pemerintahan Provinsi NTB.
Pasukan Khusus Penangkal "Stunting" di NTB
Senin, 19 Juni 2017 11:00 WIB
Jadi, begitu, ya, Bu. Menu Empat Bintang, merupakan makanan pelengkap untuk menambah gizi kebutuhan gizi anak,