Bandung (Antara Babel) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan industri kelapa
sawit Indonesia harus kuat, berkelanjutan, dan kompetitif atau berdaya
saing, terlebih industri ini turut memberikan andil besar bagi
peningkatan perekonomian nasional dan kesejahteraan petani.
"Hanya dengan begitu industri kelapa sawit kita tidak diganggu oleh
gonjang-ganjing isu yang merugikan," kata Kepala Negara pada pembukaan
Konferensi Minyak Sawit Indonesia (IPOC) ke-9 yang dihadiri peserta dari
27 negara di Bandung, Kamis.
Acara itu juga dihadiri Ibu Negara Hj Ani Bambang Yudhoyono, Menteri
Pertanian Suswono, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, Gubernur Jawa
Barat Ahmad Heryawan dan beberapa kepala perwakilan negara sahabat.
Presiden lebih lanjut mengingatkan pentingnya menyelesaikan sejumlah
isu internasional agar industri sawit di dalam negeri menjadi kuat,
berkelanjutan dan berdaya saing, yaitu masalah harga, "trade barrier"
(hambatan perdagangan), lingkungan dan masalah sosial.
Harga minyak sawit yang diinginkan adalah harga yang stabil, namun
tidak terlalu rendah. Upaya yang harus dilakukan adalah memulihkan
ekonomi dunia melalui penguatan kerjasama internasional. Dalam kaitan
ini Indonesia harus berkontribusi terhadap pemulihan ekonomi global,
sehingga permintaan kelapa sawit kembali meningkat.
Di samping itu harus pula dilakukan penguatan pasar domestik. Dalam
kaitan ini, minimal 20 persen biofuel di dalam negeri harus bersumber
dari minyak sawit sehingga permintaan domestik akan meningkat.
Terkait adanya hambatan perdagangan, Presiden menegaskan perlunya
negosiasi yang gigih agar Indonesia tidak dikalahkan negara lain.
Solusinya adalah kolaborasi antar negara dan antar dunia usaha terkait.
Mengenai isu lingkungan yang menyebutkan kelapa sawit sebagai
komoditas yang merusak, Presiden menegaskan bahwa perusahaan dan
produsen kelapa sawit harus menggunakan Good Agricultural Practices
(GAP), ramah lingkungan dengan mengikuti sertifikasi kelapa sawit
Indonesia (ISPO) dan bermitra dengan LSM internasional.
Presiden juga mengingatkan pentingnya mencegah konflik sosial dalam
pengembangan kelapa sawit dengan memberikan lapangan pekerjaan,
terutama kepada masyarakat sekitar.
"Jika industri kelapa sawit meningkat maka masyarakat juga akan
mengalami peningkatan kesejahteraan. Gunakan juga CSR untuk membantu
masyarakat," tegasnya.
Sementara itu Menteri Pertanian Suswono dalam sambutannya antara
lain menegaskan perlunya peningkatan produktivitas agar industri minyak
kelapa sawit Indonesia terus mengalami peningkatan, sehingga industi ini
turut membantu peningkatan ekonomi nasional dan kesejahteraan
rakyat. (A015/A039) kata Kepala Negara pada pembukaan
Konferensi Minyak Sawit Indonesia (IPOC) ke-9 yang dihadiri peserta dari
27 negara di Bandung, Kamis.
Acara itu juga dihadiri Ibu Negara Hj Ani Bambang Yudhoyono, Menteri
Pertanian Suswono, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, Gubernur Jawa
Barat Ahmad Heryawan dan beberapa kepala perwakilan negara sahabat.
Presiden lebih lanjut mengingatkan pentingnya menyelesaikan sejumlah
isu internasional agar industri sawit di dalam negeri menjadi kuat,
berkelanjutan dan berdaya saing, yaitu masalah harga, "trade barrier"
(hambatan perdagangan), lingkungan dan masalah sosial.
Harga minyak sawit yang diinginkan adalah harga yang stabil, namun
tidak terlalu rendah. Upaya yang harus dilakukan adalah memulihkan
ekonomi dunia melalui penguatan kerjasama internasional. Dalam kaitan
ini Indonesia harus berkontribusi terhadap pemulihan ekonomi global,
sehingga permintaan kelapa sawit kembali meningkat.
Di samping itu harus pula dilakukan penguatan pasar domestik. Dalam
kaitan ini, minimal 20 persen biofuel di dalam negeri harus bersumber
dari minyak sawit sehingga permintaan domestik akan meningkat.
Terkait adanya hambatan perdagangan, Presiden menegaskan perlunya
negosiasi yang gigih agar Indonesia tidak dikalahkan negara lain.
Solusinya adalah kolaborasi antar negara dan antar dunia usaha terkait.
Mengenai isu lingkungan yang menyebutkan kelapa sawit sebagai
komoditas yang merusak, Presiden menegaskan bahwa perusahaan dan
produsen kelapa sawit harus menggunakan Good Agricultural Practices
(GAP), ramah lingkungan dengan mengikuti sertifikasi kelapa sawit
Indonesia (ISPO) dan bermitra dengan LSM internasional.
Presiden juga mengingatkan pentingnya mencegah konflik sosial dalam
pengembangan kelapa sawit dengan memberikan lapangan pekerjaan,
terutama kepada masyarakat sekitar.
"Jika industri kelapa sawit meningkat maka masyarakat juga akan
mengalami peningkatan kesejahteraan. Gunakan juga CSR untuk membantu
masyarakat," tegasnya.
Sementara itu Menteri Pertanian Suswono dalam sambutannya antara
lain menegaskan perlunya peningkatan produktivitas agar industri minyak
kelapa sawit Indonesia terus mengalami peningkatan, sehingga industi ini
turut membantu peningkatan ekonomi nasional dan kesejahteraan
rakyat. (A015/A039)
Presiden: Industri Sawit Harus Berkelanjutan Dan Kompetitif
Jumat, 29 November 2013 9:50 WIB
"Hanya dengan begitu industri kelapa sawit kita tidak diganggu oleh gonjang-ganjing isu yang merugikan,"