Jakarta (Antara Babel) - Pertemuan kali ketujuh antara negara-negara yang
tergabung dalam Badan Pengatur (GB 7) Perjanjian Internasional tentang
Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian (SDGTPP/ITPGRFA)
diadakan mulai tanggal 30 Oktober sampai 3 November 2017 dan mengambil
lokasi penyelenggaraan di ibu kota Rwanda, Kota Kigali, tepatnya di
gedung Kigali Convention Centre.
Mengawali pertemuan GB 7, dua
hari sebelumnya telah dilakukan konsultasi regional dan antar daerah,
serta acara khusus yang membahas tentang informasi genomic. Secara
resmi, acara dibuka oleh Menteri Pertanian Rwanda. Sementara itu,
delegasi dari Indonesia, Dr. M. Sabran memimpin jalannya pertemuan GB 7.
Mengambil
tema “Agenda 2030 untuk Pembangunan yang Berkelanjutan dan Peran Sumber
Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian", pertemuan GB 7
diharapkan menghasilkan rumusan terkait kebijakan umum dan implementasi
dari Perjanjian Internasional tentang Sumber Daya Genetik Tanaman untuk
Pangan dan Pertanian. Output lain yang diharapkan adalah implementasi
Sistem Multilateral (MLS) dari akses dan bagi-hasil atau manfaat dari
Perjanjian tersebut. Tentang administrasi dan anggaran pun tak luput
dari bahasan dalam GB 7 tersebut.
Selain itu, dalam pertemuan GB 7
kali ini juga dibahas tentang Strategi Pendanaan, Hak Petani,
pemanfaatan berkelanjutan, Sistem Informasi Global (Global Information
System/GLIS), dan laporan dari Compliance Committee. Pertemuan tersebut
juga membicarakan hal-hal sebagai berikut: penerimaan proposal untuk
kali keempat dengan sumber pendanaan dari Benefit-sharing Fund (BSF),
kegiatan pengembangan lanjutan dari program multi-year dalam naungan
Perjanjian, strategi komunikasi, persetujuan Kent Nnadozie sebagai
Sekretaris baru, dan prosedur untuk pengangkatan di masa depan. Selain
itu, isu tentang kerja sama dengan Convention on Biological Diversity
(CBD) dan organisasi internasional lainnya juga menjadi topik diskusi.
Diskusi
mendalam pada GB 7 diharapkan untuk fokus terhadap pengukuran dalam
memperluas cakupan fungsi dari MLS yang dihasilkan dari kesepakatan
intersessional. Hal ini mencakup draft Standard Perjanjian Transfer
Material (SMTA), termasuk di dalamnya adalah system berlangganan,
peluang untuk perluasan cakupan MLS, dan mekanisme peresmian sistem
tersebut.
Dr. Prama Yufdy, selaku Ketua Delegasi dari Indonesia
menyampaikan pernyataan umum mewakili Wilayah Asia. Disebutkan bahwa
Asia menyadari pentingnya SDGTPP dan telah siap bernegosiasi untuk
isu-isu penting agar saling menguntungkan dan memicu kemajuan
implementasi Perjanjian.
Indonesia Bicara Komitmen Asia Untuk SDG Pangan dan Pertanian
Selasa, 31 Oktober 2017 11:23 WIB