Jakarta (Antara Babel) - Ketua KPK Agus Rahardjo menyatakan bahwa bila
nanti ada pembentukan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) maka
pekerjaannya adalah untuk membantu pihak kepolisian mengungkap pelaku
penyerangan terhadap penyidik KPK Novel Baswedan.
"Kami pasti belajar dari TGPF-TGPF yang lalu, tapi dari concern saya
TGPF inginnya membantu polisi mengungkap kasus," kata Agus Rahardjo di
gedung KPK Jakarta, Selasa.
Pada hari ini, 2 orang pimpinan KPK yaitu Agus Rahardjo dan Basaria
Panjaitan bertemu dengan mantan pimpinan KPK dan tokoh masyarakat serta
pegiat anti-korupsi untuk membicarakan usulan pembentukan Tim Gabungan
Pencari Fakta (TGPF) pengungkapan kasus penyerangan terhadap penyidik
senior KPK Novel Baswedan.
"Mereka (TGPF) tidak akan bekerja malah berlawanan dengan polisi,
tapi akan membantu polisi. Susunan seperti apa, kita belajar dari yang
lalu, di sini banyak teman-teman dari anggota TGPF terdahulu, nanti juga
bisa dimintakan pendapatnya dan masukannya tapi sampai saat ini tidak
bisa mereka-reka anggotanya seperti apa dan strukturnya seperti apa,
tapi ingin membantu polisi untuk mengungkap masalah yang dihadapi,"
tutur Agus.
Agus mengakui hingga saat ini KPK baru bertemu dua kali dengan pihak kepolisian untuk membicarakan pengungkapan kasus Novel.
"Kita baru bertemu dua kali, perkembangan disampaikan dari kita waktu
itu teman-teman dari Polri minta keterlibatan dari penyidik KPK untuk
membantu, tapi saya tanya ke dalam teman-teman (penyidik KPK) agak
enggan memberikan bantuan, karena itu teman-teman Polri masih bekerja
sendirian tapi kalau mau minta perkembangannya juga bisa besok diminta
agar teman-teman Polri menyampaikan," tambah Agus.
Namun, Agus mengakui bahwa ketika lebih dari 200 hari peristiwa itu
belum terungkap juga adalah waktu yang terlalu lama bagi Polri.
"Memang menurut saya harus diberikan waktu yang cukup (kepada Polri),
tapi sekarang sudah 200 hari, jadi mungkin menjadi pertimbangan kita
untuk menanyakan lebih intensif fakta yang sudah didapatkan agar kita
lebih mengetahui lebih lanjut perkembangannya," ucap Agus.
Pertemuan tersebut dihadiri antara lain mantan pimpinan KPK jilid III
yaitu Abraham Samad, Busyro Muqoddas, Bambang Widjojanto, mantan
pimpinan KPK jilid II M Yasin, Sekjen Transparansi Internasional
Indonesia Dadang Trisasongko, peneliti LIPI Mochtar Pabotinggi, jurnalis
senior Najwa Shihab.
Berikutnya, Direktur Amnesti Internasional di Indonesia Usman Hamid,
Ketua Bidang Advokasi YLBHI Muhammad Isnur, mantan Koordinator Komisi
Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar,
Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak
dan sejumlah tokoh lainnya.
Novel Baswedan disiram air keras oleh dua orang pengendara motor di
dekat rumahnyapada 11 April 2017 seusai shalat subuh di masjid Al-Ihsan
dekat rumahnya. Mata Novel pun mengalami kerusakan sehingga ia harus
menjalani perawatan di Singapore National Eye Centre (SNEC) sejak 12
April 2017.
Hingga hari ini yaitu pada hari ke-202 pascapenyerangan, pihak
kepolisian belum juga mengungkapkan pelaku kasus tersebut meski sudah
memeriksa banyak saksi, membuat sketsa terduga pelaku hingga menahan
sejumlah orang yang kemudian dilepaskan lagi.
Sketsa pelaku yang ditunjukkan Kapolri seusai bertemu dengan Presiden
Joko Widodo pada Senin (31/7) menunjukkan pelaku adalah pria dengan
ciri-ciri tingginya sekitar 167-170 cm, berkulit agak hitam, rambut
keriting dan badan cukup ramping.
KPK: Tujuan TGPF Novel Untuk Bantu Polisi
Selasa, 31 Oktober 2017 17:25 WIB
Kami pasti belajar dari TGPF-TGPF yang lalu, tapi dari concern saya TGPF inginnya membantu polisi mengungkap kasus,