Nusa Dua, Bali (ANTARA) - Indonesia berbagi pengalaman bisnis dan investasi dengan negara-negara Afrika dalam upaya membantu pembangunan dan pengentasan kemiskinan di benua tersebut.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, Rabu, saat ini Indonesia memiliki empat kriteria bagi pihak asing yang ingin berinvestasi di Tanah Air.

Empat syarat itu, yang bisa juga dicontoh oleh Afrika, dinilai penting agar investasi asing di dalam negeri tidak hanya menguntungkan pihak investor tetapi juga membawa manfaat bagi masyarakat lokal.

“Kita harus berbagi pengalaman baik dan pengalaman pahit. Pengalaman pahit kita, bagaimana orang datang berinvestasi di Indonesia hanya mengambil (sumber daya alam) saja, tidak pernah memberikan nilai tambah. Ini yang kita alami berpuluh-puluh tahun, jangan sampai terjadi di Afrika,” kata Luhut dalam pernyataan pers bersama Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di sela-sela penyelenggaraan Dialog Infrastruktur Indonesia-Afrika (IAID) 2019 di Nusa Dua, Bali.

Empat kriteria investasi yang disyaratkan oleh pemerintah Indonesia kepada investor asing adalah penggunaan teknologi paling mutakhir, transfer teknologi, dilakukan secara business to business, dan sebanyak mungkin menggunakan tenaga kerja Indonesia.

Menurut Luhut, Indonesia memiliki pendekatan yang lebih realistis untuk mengembangkan kerja sama ekonomi dengan negara-negara Afrika---meskipun secara modal mungkin tidak memiliki kemampuan sebesar negara-negara maju seperti Jepang, China, Eropa, atau Amerika Serikat.

Pendekatan tersebut, katanya, didasarkan pada masalah yang dihadapi bersama, antara lain kemiskinan dan stunting, sehingga penyelesaiannya membutuhkan kerja sama kedua pihak.

“Pendekatan ini lebih menyentuh buat mereka. Dan saya merasakan betapa Afrika sangat menunggu kita membuka hubungan ini, jadi rasa persaudaraannya kental sekali,” tutur Luhut.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan ditemui di sela-sela Dialog Infrastruktur Indonesia-Afrika (IAID) 2019, di Nusa Dua, Bali, Rabu (21/8/2019). (ANTARA/Yashinta Difa/TM)


Baca juga: Menlu tugaskan dubes RI petakan potensi kerja sama dengan Afrika

Di bawah pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi), pemerintah Indonesia kembali memprioritaskan Afrika dalam kebijakan luar negerinya, mengingat potensi besar yang bisa digarap di benua itu.

Menindaklanjuti visi tersebut, pemerintah menyelenggarakan Forum Indonesia-Afrika (IAF) pada 2018, yang dilanjutkan dengan IAID 2019  dalam upaya meningkatkan interaksi kedua pihak melalui berbagai kerja sama konkret.

Upaya diplomasi ekonomi ini membuahkan hasil dengan total kesepakatan bisnis senilai 822 juta dolar AS atau sekitar Rp11,7 triliun selama dua hari penyelenggaraan IAID 2019, meningkat dibandingkan kesepakatan bisnis yang berhasil dibukukan dalam IAF 2018 sebesar 586 juta dolar AS.
 
Semangat Indonesia untuk turut berkontribusi terhadap pembangunan Afrika disambut baik, antara lain oleh Kepala Staf Kepresidenan Republik Niger Ouhoumoudou Mahamadou.

Mahamadou, yang menjadi salah satu panelis diskusi bertema “Energi dan Pertambangan” sebagai rangkaian acara IAID 2019, mengharapkan lebih banyak investasi asing yang bisa menciptakan transfer teknologi bagi masyarakat Niger.

“Afrika saat ini bergerak maju menuju berbagai peluang ekonomi besar yang akan menarik lebih banyak konsumen,” tutur dia.

Dengan memanfaatkan pasar dan kerja sama dengan berbagai negara serta organisasi regional, ia yakin Afrika akan dapat mencapai potensi penuhnya.

Baca juga: RI-Mozambik telah selesaikan negosiasi perjanjian 200 produk

Baca juga: RI-Afrika teken kerja sama infrastruktur-transportasi Rp11,7 triliun


 

Pesawat Indonesia dipesan 2 Negara Afrika

 

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019