Bandarlampung (ANTARA News) - Pengalaman malang melintang sebagai pegiat Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan pernah menjadi menteri, serta kini menjadi Duta Besar Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bagi Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs/Millenium Development Goals) di Asia Pasifik, membuat Erna Witoelar paham terhadap adanya perilaku aneh di kalangan para wartawan, LSM maupun birokrasi. "Di mana-mana ada yang tidak beres, yang brengsek-brengsek itu, baik di LSM, pemerintahan maupun pers yang harus kita hadapi bersama-sama," ujar isteri Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar, saat dialog dengan para pejabat, aktivis LSM dan jurnalis di Bandarlampung. Di hadapan pejabat Lampung dan pentolan aktivis LSM, serta para wartawan di Lampung, Erna pada Kamis (14/5) menyebutkan istilah bodrex kepada kelompok LSM, wartawan, dan pejabat yang dinilainya brengsek. "Adalah teman-teman kita di pemerintahan yang bodrex, seperti itu. Juga di LSM, bukan hanya adanya di wartawan saja," kata Erna. Dia pun menyebut para bodrex tersebut sebagai mereka yang selalu menggunakan kesempatan bisa mendapatkan fasilitas dan keuntungan sendiri dari aktivitasnya sebagai birokrat, LSM, dan wartawan dengan melakukan pemaksaan, bahkan pemerasan kepada berbagai pihak dengan memanipulasi akses informasi maupun data yang dimilikinya. "Tapi, saya yakin, teman-teman LSM, wartawan, dan pejabat yang hadir di sini, walaupun tidak banyak jumlahnya, bukanlah termasuk kategori `bodrex seperti itu," ujarnya. Menurut Erna, dirinya sangat prihatin dengan kondisi tersebut, terutama dalam kaitan untuk mempromosikan MDGs yang harus dicapai pada 2015, termasuk oleh bangsa Indonesia, dengan capaian delapan targetnya harus pula dijalankan di daerah-daerah. Padahal, ia menilai, capaian target MDGs memerlukan dukungan dari jajaran pemerintahan, media massa dengan wartawan sebagai ujung tombak, serta LSM maupun dunia usaha. "Saya juga tahu, untuk dunia usaha masih banyak pula perusahaan asing maupun nasional yang belum menjalankan kewajiban tanggungjawab sosialnya (CSR) secaran benar, sehingga mesti diperbaiki lagi," katanya. Erna pun menyoal para jurnalis di Lampung yang tergabung dalam Forum Jurnalis MDGs layaknya diisi oleh para jurnalis yang profesional dan bisa menjaga kredibilitasnya dengan tidak menggunakan data dan informasi yang diperoleh untuk tujuan buruk, mengingat tujuan mulia MDGs semestinya tidak diusik dengan perilaku menyimpang seperti bodrex. "Tapi, saya tidak tahu, karena teman-teman wartawan di Lampung sendiri yang tahu, apakah mereka-mereka itu tergolong wartawan bodrex atau bukan ya?," kata Erna. Ia pun berharap, para wartawan, aktivis LSM, birokrat dan pengusaha di Lampung bisa menjadi bagian dari solusi yang mendukung capaian target MDGs yang merupakan bagian dari upaya pemenuhan hak-hak dasar masyarakat di bidang pendidikan, kesehatan, penghidupan dan lingkungannya, serta bukan justru menjadi bagian dari masalahnya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008