Makasar (ANTARA) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy berharap program pengentasan buta aksara bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat adat di Indonesia.

Dalam pidatonya pada peringatan Hari Aksara 2019 di Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, Sabtu, Mendikbud berpesan agar upaya pengentasan buta aksara jangan sekadar mengajari masyarakat adat baca dan tulis semata kepada masyarakat adat.

“Pengentasan buta aksara bukan hanya ajari baca tulis saja, tapi bagaimana masyarakat adat bisa menggunakan literasi untuk mengatasi masalah hidup mereka,” kata Muhadjir Effendy.

Sekretaris Ditjen PAUD dan Dikmas Kemendikbud, Dr. Wartanto, menambahkan bahwa peringatan hari aksara tahun ini juga diisi dengan workshop pengembangan pendidikan keaksaraan pada komunitas adat. Pesertanya adalah para pegiat literasi dari berbagai daerah di Indonesia.

Ia berharap kepada pegiat literasi agar program pengentasan buta aksara juga sekaligus meningkatkan tingkat literasi masyarakat adat.

Baca juga: Mendikbud segera luncurkan literasi digital di Natuna

Baca juga: Mendikbud : Calistung saja tidak cukup


“Saya harapkan pegiat literasi juga meningkatkan masyarakat untuk gemar membaca, dorong manusia untuk menguasai teknologi dari kegemaran membaca,” katanya.

Pegiat literasi pada zaman modern harus pintar menarik masyarakat untuk menumbuhkan minat membaca, membuat budaya baca jadi menarik. Harus dibiasakan agar masyarakat adat yang sudah bisa membaca agar terpancing mencari tahu segala hal dari berbagai sumber.

“Jangan sekadar orang jadi target supaya baca, tapi jadikan mereka subyek. Pancing agar cari tahu dari berbagai sumber,” katanya.

Masyarakat adat harus diajak untuk meningkatkan literasi agar bisa selesaikan masalah di lingkungannya. Apabila masyarakat adat mayoritas adalah petani, lanjutnya, mereka harus diajak memperkaya pengetahuan dari buku-buku dan sumber literatur lainnya untuk mengatasi masalah hama pada tanaman dan meningkatkan produktivitas pertanian.

“Jadi masyarakat yang terbiasa mencari literasi sumber bacaan untuk menyelesaikan masalah. Dengan sendirinya orang yang buta huruf tak hanya bisa baca, tulis, hitung, tapi juga bisa pecahkan masalah sehari-hari,” kata Dr. Wartanto.

Ia menambahkan, pegiat literasi harus benar-benar paham tentang kriteria bebas dari buta aksara. Ada lima kriterianya, yang pertama adalah bisa baca tulis minimal tiga kalimat sederhana.

Kedua, bisa menulis nama atau jatidiri dan kegiatan sehari-hari di lingkungannya. Ketiga, bisa menghitung seperti menambah, mengurangi dan membagi angka, minimal dua digit angka. Keempat, mampu menggunakan dan menghitung uang untuk keperluan hidup sehari-hari. Dan kelima, bisa mengetahui jarak, waktu, dan menghitung isi di antaranya seperti menggunakan satuan liter dan kilogram pada kehidupan sehari-hari.

Baca juga: Penghargaan lomba jurnalistik Hari Aksara disabet wartawan ANTARA

Pewarta: FB Anggoro
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019