Jakarta (ANTARA) - Kepala Museum Basoeki Abdullah Maeva Salmah mengatakan guru seni budaya dan keterampilan atau guru kesenian perlu mendapatkan pelatihan untuk meningkatkan kompetensinya.

"Guru seni budaya dan keterampilan perlu mendapatkan pelatihan kompetensi, karena sebagai guru kesenian harus bisa menguasai banyak hal, seperti tari, nyanyi, lukis, dan sebagainya," ujar Dra Maeva Salmah. MSi di Jakarta, Selasa.

Oleh karena itu, Museum Basoeki Abdullah mengambil peranan dengan mengadakan kegiatan lokakarya bagi guru seni budaya dan keterampilan pada 1 Oktober mendatang. Selain itu, juga mengadakan lokakarya melalui siswa SMA di Kota Tua, Jakarta, pada 8 Oktober. Kegiatan itu merupakan bagian dari kompetisi Basoeki Abdullah Art Award #3

"Selama ini, kompetensi melukis lebih banyak diajarkan melalui teori. Akan tetapi sekarang langsung diajarkan pada siswa, tidak hanya teori tapi juga praktik," katanya.

Lokakarya tersebut, lanjut dia, langsung diajarkan oleh para seniman yang ada di Jakarta. Dengan lokakarya tersebut, dia berharap kompetensi guru seni semakin meningkat.

Sebelumnya, Direktur Pembinaan Sekolah Dasar Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Dr Khamim mengatakan pembelajaran seni dan budaya di sekolah belum optimal.

"Pembelajaran seni dan budaya belum optimal. Oleh karenanya kemampuan seni anak harus diasah, agar tidak hanya pintar dari ilmu atau teori saja," ujar Khamim.

Untuk jenjang SD, mata pelajaran seni diajarkan selama 32 jam per minggu untuk kelas satu, selama 34 jam per minggu untuk kelas dua, dan 36 jam untuk kelas tiga keatas.

"Sebenarnya jumlah jam itu cukup, hanya materinya saja yang perlu ditingkatkan karena masih ada sekolah yang minim guru keseniannya," kata Khamim lagi.
Baca juga: Guru kesenian Indonesia pukau dosen-mahasiswa China
Baca juga: Guru yang belajar ke China diminta pelajari keseniannya

Pewarta: Indriani
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019