Jika ditotal permintaan air bersih hingga sekarang mencapai 196 tangki dengan kapasitas per tangki 5.000 liter
Kudus (ANTARA) - Sebanyak 15 desa di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mulai kesulitan air bersih menyusul musim kemarau panjang sehingga berdampak terhadap sejumlah sumber air warga yang selama ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan mandi, mencuci maupun air minum.

"Pemerintah desa yang sudah mengajukan bantuan air bersih ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kudus mencapai 15 desa dari 132 desa/kelurahan di Kabupaten Kudus," kata Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kudus Bergas Catursasi Penanggungan di Kudus, Senin.

Baca juga: Pemda TTU antisipasi gangguan kesehatan akibat kemarau panjang

Ia mengungkapkan pengajuan bantuan air bersih ke BPBD Kudus tercatat sejak akhir Agustus 2019 terdapat tiga desa, yakni Desa Terangmas (Kecamatan Undaan), Setrokalangan dan Kedungdowo (Kaliwungu).

Sementara memasuki bulan September 2019, katanya, jumlah desa yang kesulitan air bersih bertambah menjadi 15 desa yang membutuhkan bantuan air bersih.

Baca juga: 12 ribu santri Lamongan sholat minta hujan dan berakhirnya kemarau

"Jika ditotal permintaan air bersih hingga sekarang mencapai 196 tangki dengan kapasitas per tangki 5.000 liter," ujarnya.

Meskipun sudah dilakukan droping air bersih, kata dia, sejumlah desa ada yang masih berharap droping air bersih dilakukan kembali karena memang membutuhkan mengingat musimnya masih kemarau.

Baca juga: Kekeringan landa seluruh kecamatan di Timor Tengah Selatan

Dalam rangka memudahkan masyarakat mendapatkan suplai air bersih, maka di setiap titik strategis disediakan tandon air dengan kapasitas bervariasi mulai dari 200 liter hingga 5.000 liter sesuai kebutuhan masyarakat desa setempat.

Selain disediakan BPBD Kudus, lanjut dia, pemerintah desa juga ada yang menyiapkan sendiri, sehingga BPBD hanya menyuplai air bersih sesuai kebutuhan.

Terkait dengan ketersediaan anggaran, selama 2019 hanya tersedia alokasi 280 tangki sehingga disesuaikan rata-rata kemampuan droping per bulan sekitar 120 tangki, maka bertahan hingga pertengahan November 2019.

"Meskipun demikian, masyarakat tidak perlu khawatir karena droping air bersih juga bisa diusahakan dari pihak lain, seperti dari PMI, PDAM maupun perusahaan swasta melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (Coorporate Social Responsibility/CSR)," ujarnya.

Untuk sementara, lanjut dia, BPBD Kudus masih mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, terkecuali jumlah desa yang membutuhkan bantuan air bersih melonjak akan diupayakan melalui bantuan dari perusahaan swasta.

Beberapa daerah di Kabupaten Kudus, memang ada yang merupakan daerah yang air sumurnya payau sehingga hanya bisa digunakan untuk mandi dan mencuci.

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, biasanya mereka membeli karena saat ini juga tersedia air isi ulang galon.

Berdasarkan data BPBD Kudus, jumlah daerah rawan kekeringan di Kabupaten Kudus sekarang mulai berkurang dari sebelumnya 24 desa yang tersebar di delapan kecamatan, yakni Kecamatan Gebog, Kaliwungu, Jati, Undaan, Dawe, Bae, Jekulo, dan Mejobo, kini berkurang menjadi 20 desa yang tersebar di empat kecamatan.

Ke empat kecamatan tersebut, yakni Kecamatan Kaliwungu, Undaan, Jekulo dan Mejobo.

Desa yang masuk kategori rawan kekurangan air bersih, yakni Desa Blimbing Kidul, Setrokalangan, Kedungdowo, Papringan, Banget, dan Sidorekso (Kecamatan Kaliwungu), Desa Kutuk, Glagahwaru, Terangmas, Lambangan (Kecamatan Undaan), serta Desa Sidomulyo, Desa Pladen, Desa Sadang, Bulung Kulon, Bulung Cangkring (Jecamatan Jekulo).

Sementara di Kecamatan Mejobo, meliputi Desa Temulus, Hadiwarno, Kesambi, Jojo dan Payaman.

Pewarta: Akhmad Nazaruddin
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2019