Dar Es Salaam (ANTARA) - Presiden Tanzania John Magufuli pada Jumat mendukung seorang pejabat yang menuai kemarahan sekaligus melanggar aturan negara dengan memukuli lebih dari belasan siswa dengan tongkat.

Ia juga mendesak orang tua dan guru sekolah agar melakukan hal yang sama guna membangun negara yang disiplin.

"Saya ucapkan selamat kepada komisaris regional karena telah mencambuk para siswa. Saya katakan padanya bahwa ia tidak memukul mereka dengan cukup keras," kata Magufuli di kawasan Songawe, di dataran tinggi selatan.

Magufuli, yang dijuluki "Bulldozer" karena fokusnya terhadap disiplin, mengatakan mereka pantas dihukum karena dituduh membakar asrama. Para kritikus, termasuk menteri pemerintah setempat, menyebutkan pejabat itu melanggar hak asasi siswa sebab mereka tidak diberi keadilan, dan hanya guru atau kepala sekolah yang berwenang memberikan hukuman fisik.

Pemimpin negara Afrika Timur itu pernah membuat kontroversi. Pemerintahannya menolak berbagi informasi tentang Ebola, angka pertumbuhan ekonomi yang dipermasalahkan dan ia pernah berkata kepada kaum perempuan Tanzania agar "membebaskan indung telur anda" dan memiliki lebih banyak anak.

Hukuman fisik sah di sekolah-sekolah Tanzania, meski begitu hanya kepala sekolah atau guru yang ditunjuk yang dapat mengeksekusinya.

Cuplikan video yang viral pada Kamis, memperlihatkan komisaris, Albert Chalamila, memukul sekelompok siswa sekolah menengah putra, yang bertentangan dengan peraturan. Dengan memegang tongkat di kedua tangannya, ia terlihat memukuli siswa yang berbaring di tanah satu per satu.

Cuplikan itu menuai kemarahan publik di kalangan media sosial Tanzania.

"Saya mengecam aksi barbar ini ... komisaris regional menyalahgunakan kekuasaannya dengan menghukum para siswa, yang bertentangan dengan aturan," kata Anna Henga, direktur eksekutif Pusat Hukum dan HAM, melalui peryataan.

Magufuli berpendapat para siswa, yang dituduh membakar asrama, mendapatkan yang pantas mereka dapatkan.

"Kita harus menggunakan cambuk terhadap anak-anak si sekolah dan di rumah kita. Kita mesti menjadi negara yang disiplin," ucapnya.

Sejumlah diplomat barat mengeluhkan bahwa Tanzania memberikan sedikit perhatian untuk proses hukum, HAM, serta supremasi hukum, kritikan yang dibantah pemerintah.

Sumber: Reuters
Baca juga: Mabuk di parlemen, Presiden Tanzania pecat menteri
Baca juga: Ketua parlemen Tanzania larang perempuan anggota pakai bulu mata palsu

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019