Kita ingin rantai putus itu tidak terjadi lagi di masa depan, kita harus membuat rantai yang benar-benar tersambung satu sama lain
Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro mendorong terwujudnya integrasi riset dari hulu sampai hilir sehingga hasil riset benar-benar dapat dikomersialisasikan dan menjadi jawaban bagi masalah pembangunan nasional.

"Integrasi itu dari hulu sampai hilir, kalau kita sudah punya ide bagus di hulunya di riset dasarnya dan itu berpotensi sampai produk, ya itu harus kita upayakan nyambung terus jangan kemudian putus di tengah jalan hanya karena tidak ada yang berminat untuk membuatnya jadi inovasi dan jadi produk," katanya kepada wartawan usai serah terima jabatan dengan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi periode 2014-2019 Mohamad Nasir di Jakarta, Rabu.

Selain itu, katanya, diperlukan integrasi dari segi multidisiplin ilmu untuk menghasilkan riset yang berkualitas, lebih terarah, dan fokus.

"Bagaimana pun ilmu itu banyak dan kadang-kadang bisa saja riset yang berkualitas dari ilmu yang singgel tapi banyak sekali riset yang sangat baik apalagi riset yang menjawab masalah pembangunan itu sifatnya multidisiplin, mengharuskan para peneliti dari berbagai 'background' ilmu berbeda untuk berinteraksi, itu yang ingin kita dorong, jangan sampai riset itu kepentingan individu si peneliti atau perguruan tinggi tapi untuk menjawab agenda pembangunan bangsa," ujarnya.

Baca juga: Menristek: BRIN bukan ciptakan dikotomi, tapi perkuat ekosistem riset

Menurut Menteri Bambang, ke depan harus ada rencana riset yang terintegrasi dalam artian hulu sampai hilir.

Kadang-kadang, katanya, ada ide baik di sisi hulu atau di bagian riset, tetapi tidak berlanjut karena peneliti hanya sampai riset dasar atau paling jauh riset terapan, sehingga ada rantai yang terputus dan hasil riset itu tidak dikembangkan lebih jauh menjadi inovasi atau produk yang bisa masuk pasar.

Dia ingin rantai dari melakukan riset hingga hilirisasi dan komersialisasi hasil riset tidak terputus.

"Kita ingin rantai putus itu tidak terjadi lagi di masa depan, kita harus membuat rantai yang benar-benar tersambung satu sama lain dari hulunya dari 'basic research', terapannya, invensi, inovasi bahkan kalau bisa sampai ke program. Hanya dengan itu Indonesia bisa maju," tuturnya.

Bambang mengatakan sasaran ke depan selain penguatan sumber daya manusia unggul Indonesia, tapi juga inovasi-inovasi berdaya saing tinggi dapat bermunculan dari karya anak bangsa.

"Mari kita jadikan bangsa yang besar ini sebagai bangsa inovatif. Karena kita tahu masa depan kita, lima tahun ke depan, 20 tahun ke depan, dan seterusnya hanya bisa tercapai kalau Indonesia punya daya saing. Daya saing itu hanya bisa muncul kalau kita punya inovasi kuat," ujarnya.

Baca juga: 3 bulan, Menristek Bambang formulasikan BRIN

Dia mengatakan pada tahun 50-an, bangsa Indonesia dan Korea Selatan sama-sama negara miskin di Asia, namun Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah.

Akan tetapi. pada tahun 70-an, Korea Selatan mampu masuk negara berpendapatan menengah (middle income) dan kemudian pada tahun 90-an sudah menjadi negara maju.

Bambang mengatakan Indonesia dan Korea Selatan berada di level yang sama pada tahun 50-an, yakni sama-sama miskin, namun sekarang Korea Selatan mampu berlari lebih cepat dan mencapai pencapaian besar.

Hal itu, katanya, karena Indonesia menomorduakan sumber daya manusia dan menomorsatukan sumber daya alam, sedangkan Korea Selatan mengutamakan investasi sumber daya manusia yang dapat menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) hingga akhirnya ekonomi dapat berbasis inovasi.

Untuk itu, katanya, ke depan ekosistem riset semakin diperkuat, riset lebih terarah dan fokus, serta kapabilitas sumber daya manusia iptek semakin ditingkatkan guna mendorong peningkatan daya saing bangsa Indonesia sehingga mampu membuat lompatan kemajuan dengan berlandaskan iptek dan inovasi.

Baca juga: Bambang Brodjonegoro, dari pimpin Bappenas mulai urus ristek-inovasi
Baca juga: Presiden minta Bambang Brodjonegoro tingkatkan daya saing ekonomi

 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019