Makassar (ANTARA) - Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) melalui Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A), membantu Mansyur (26 tahun) menghilangkan trauma setelah disekap selama sembilan tahun oleh orangtuanya sendiri.

Ketua TP PKK Sulsel Lies F Nurdin juga ikut membantu dengan memberikan gitar. Didampingi para psikolog, Mansyur diajarkan bermain musik, sebagai bentuk terapi menghilangkan traumanya.

"Ini adalah salah satu bentuk perhatian. Anak yang dulunya begitu tertutup, sekarang sudah mulai terbuka. Dan mengimplementasikan ekspresinya melalui alat musik," kata Kepala DP3A Sulsel Andi Ilham Gazaling di Makassar, Sabtu.

Baca juga: Kemensos lakukan pendampingan anak disekap di Solo

Baca juga: KPPPA dorong peningkatan kapasitas perlindungan anak se-Kota Kendari

Baca juga: Kak Seto: Lingkungan faktor utama pembentukan perilaku anak


Mansyur sendiri merupakan warga Kabupaten Bulukumba yang menjadi korban kekerasan kedua orang tuanya, dan disekap selama sembilan tahun di WC.

Kepala DP3A Kota Makassar, Tenri A Palallo, menambahkan, Mansyur yang dulunya tertutup, sekarang sudah mulai hidup normal seperti biasanya. Dimulai dari membersihkan halaman rumah, membersihkan pakaian, dan menyiram tanaman.

Kepala UPT P2TP2A Sulsel, Meisy Papayungan, menjelaskan, selama penanganan, untuk sementara korban diinapkan di selter atau rumah singgah yang bernama Rumah Aman di Kawasan Antang.

"Kondisi fisik korban semakin membaik. Dia juga doyan makan. Mungkin karena selama ini hanya diberi makan satu kali satu hari," ujarnya.

Setiap pagi, Mansyur akan dibawa ke P2TP2A untuk ditangani dan dibawa kembali ke selter setelah jam pulang kantor.

Saat ditemui di P2TP2A kemarin, kondisi korban mulai membaik. Dia cukup ramah dan mudah berinteraksi dengan orang di sekitarnya.

Pewarta: Abdul Kadir
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2019