Jadi pesantren tidak hanya sebagai lembaga pendidikan, tapi juga berperan memberdayakan ekonomi masyarakat karena statusnya yang dipandang lebih terpercaya
Padang, (ANTARA) - Senin siang tepat pukul 14.00 WIB seakan tanpa dikomando sebanyak 19 orang ibu rumah tangga sudah duduk dengan rapi di salah satu rumah yang berlokasi di Tanjung Pati Rawang, Nagari Koto Tuo, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat.

Jangan salah mengira, para ibu tersebut bukan hendak melaksanakan arisan atau ngerumpi bareng sebagaimana lazimnya kebiasaan para emak-emak jika sudah berkumpul.

Para ibu tersebut tergabung dalam Kelompok Usaha Masyarakat Sekitar Pesantren Indonesia (Kumpi) Nur Ilahi yang hendak menggelar kegiatan rutin, yaitu halakah mingguan dipandu langsung ustadz Fuadi Alhakim selaku supervisor dari Bank Wakaf Mikro (BMW) Pondok Pesantren Modern (PPM) Al-Kautsar.

Duduk bersila dengan posisi empat berbaris kegiatan diawali dengan pembacaan ikrar bersama-sama dengan suara lantang.

"Kami Halakah Mingguan Nur Ilahi berikrar akan saling mengingatkan agar selalu berkata jujur, menepati janji, amanah dan disiplin, saling membantu mengatasi kesulitan sesama anggota," ucap mereka.

Tak hanya itu dalam ikrar tersebut mereka juga berkomitmen bersama suami berusaha meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Selanjutnya, memanfaatkan dana bank wakaf mikro untuk meningkatkan pendapatan keluarga dan mengembalikan tepat waktu, serta mendidik dan menyekolahkan anak supaya menjadi cerdas, sholeh, berbakti kepada orang tua dan mengabdi kepada Allah.

Usai pembacaan ikrar, sang ustadz mengecek kehadiran semua anggota kelompok sembari menanyakan perkembangan usaha masing-masing.

Setelah itu para ibu menyetor pinjaman modal usaha yang selama ini telah mereka terima dari Bank Wakaf Mikro PPM Al-Kautsar.

Pada meja panjang dengan taplak berwarna merah, uang kertas yang sudah tersusun rapi diserahkan kepada Ustadz Fuadi yang langsung mencatat dan menyerahkan tanda terima pembayaran cicilan.

Penyetoran berlangsung cepat karena para ibu telah menyiapkan uang pas dari rumah, tak sampai 10 menit urusan pembayaran rampung.

Acara belum selesai, karena setelah itu mereka mendapatkan taushiyah dari ustadz Fuadi yang siang itu memaparkan tentang pentingnya kejujuran dalam hidup.

Dengan serius mereka menyimak pemaparan ustadz muda tersebut yang menyitir beberapa dalil dan diselingi humor yang membuat suasana hidup. Usai memberikan taushiyah pada ibupun semangat bertanya seputar persoalan ibadah dan agama.

Ibu rumah tangga yang tergabung dalam Kumpi Nur Ilahi tersebut merupakan satu dari 23 kelompok yang telah menjadi nasabah Bank Wakaf Mikro PPM Al-Kautsar yang beralamat di Pesantren Al-Kautsar tepatnya Jalan Raya Negara km 9, Sarilamak, Kabupaten Limapuluh Kota.

Mereka mendapatkan pinjaman modal usaha untuk menunjang ekonomi rumah tangga secara berkelompok dengan minimal anggota 15 orang per kelompok dan maksimal 25 orang.

Hebatnya pinjaman diberikan tanpa jaminan serta tanpa bunga dan cukup dicicil sekali sepekan dengan jangka 40 kali pembayaran pada kegiatan halakah mingguan.

Salah seorang anggota Kumpi Nur Ilahi, Marta Ria telah mendapatkan pinjaman sebanyak dua kali yang digunakan untuk modal usaha berjualan kelapa muda di Jalan Negara Sarilamak yang menghubungkan Sumbar dengan Riau.

Tujuh tahun berjualan kelapa muda, bagi Marta telah berkontribusi membantu ekonomi rumah tangga. Ia bersyukur bisa mendapatkan pinjaman modal dari BWM PPM Al-Kautsar karena selain tanpa bunga juga tanpa agunan.

Pada tahap awal ia mendapatkan pinjaman Rp1 juta dan karena sudah lunas ia kembali mendapatkan kesempatan memperoleh pinjaman Rp1,5 juta. Karena lokasi usaha penjualan kelapa muda lumayan strategis Marta mendapatkan keuntungan yang lumayan.

Untuk pasokan kelapa muda ia tak perlu repot karena sudah ada yang mengantar sehingga cukup berjualan mulai dari pukul 10.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB.

Lain lagi kisah Fitriani seorang ibu rumah tangga di Nagari Koto Tuo, Kecamatan Harau yang memilih menggunakan pinjaman dari BWM PPM Al-Kautsar untuk modal awal berkebun cabai, terung dan jagung di pekarangan rumah.

Pinjaman tersebut digunakan untuk membeli bibit cabai dan pupuk. Kini ia juga sudah mendapatkan pinjaman untuk periode kedua karena yang pertama sudah selesai. "Kalau cabai sudah panen yang pertama, jagung lima bulan baru bisa dipanen," ujarnya.

Ia mengaku dengan berladang tersebut membantu keuangan rumah tangga dan membantu penyediaan pasokan komoditas pangan strategis. "Yang paling saya rasakan manfaatnya selain dapat modal adalah menambah ilmu agama karena sekali seminggu mendapatkan taushiyah," ujarnya.

Para ibu lainnya yang tergabung dalam Kumpi Nur Ilahi ada yang menggunakan modal untuk berjualan sarapan pagi, dagang kebutuhan sehari-hari hingga modal beternak.


Pemberdayaan Ekonomi

Berdiri pada 8 Mei 2018 BWM PPM Al-Kautsar kini memiliki 415 nasabah tergabung dalam 23 Kumpi yang tersebar di Kecamatan Harau dengan total pinjaman yang telah digulirkan mencapai Rp700 juta.

Sekretaris Badan Pengurus BWM PPM Al-Kautsar Yessy Elvira menyampaikan keberadaan BWM bertujuan untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat di sekitar pesantren.

"Jadi pesantren tidak hanya sebagai lembaga pendidikan, tapi juga berperan memberdayakan ekonomi masyarakat karena statusnya yang dipandang lebih terpercaya," kata dia.

Apalagi, katanya, keberadaan rentenir di daerah tersebut cukup marak bahkan ada satu rumah tangga yang meminjam uang kepada lima rentenir.

Ia menyampaikan BWM PPM Al-Kautsar merupakan yang pertama di Sumatera Barat dan dipilih oleh OJK karena lokasi yang strategis dan ekonomi masyarakat di sekitar potensial untuk dikembangkan. "Di sini masyarakat banyak berdagang jadi PKL, selain bertani dan beternak," ujarnya.

Untuk modal awal pihaknya mendapatkan kucuran dana Rp4 miliar dari Lembaga Amil Zakat BSM dengan peruntukan Rp3 miliar sebagai deposito abadi dan Rp1 miliar digulirkan untuk pinjaman modal usaha. "Jadi kalau ada yang bertanya dari mana operasional, maka dari deposito tadi sehingga kami bisa memberikan pinjaman tanpa bunga," katanya.

Manajer BWM PPM Al-Kautsar Monica Arief menyampaikan semua nasabah wajib mengikuti halakah mingguan sekali sepekan yang juga momen untuk untuk membayar cicilan dan sekaligus mendengarkan taushiyah.

"Jadi bukan hanya memberikan pinjaman, juga ada pemberdayaan makanya pesantren tepat menjadi basis, ekonomi hidup, bekal agama dapat," kata dia.

Untuk mendapatkan pinjaman dari BWM PPM Al-Kautsar langkah awal adalah para nasabah harus ibu rumah tangga yang wajib membentuk kelompok beranggotakan minimal 15 orang hingga maksimal 25 orang.

"Para ibu diberi kebebasan membentuk kelompok, tapi disarankan yang rumahnya berdekatan sehingga koordinasi lebih mudah," katanya.

Setelah kelompok terbentuk maka akan dilakukan verifikasi ke lapangan untuk mengecek profil masing-masing individu anggota kelompok. "Kami juga akan tanya kepada tetangga karakter yang bersangkutan, termasuk menilai apakah layak mendapatkan pinjaman," katanya.

Setelah itu akan diputuskan pada rapat pengurus dan jika disetujui akan dilaksanakan Pelatihan Wajib Kelompok selama lima hari berturut-turut.

"Dalam pelatihan ini yang dibentuk karakter dan kedisiplinan, jika ada satu anggota kelompok yang terlambat satu menit saja maka akan diulang lagi dari hari pertama hingga lima hari ke depan," katanya.

Salah satu kelebihan dari BWM adalah kredit bermasalah terbilang nol karena menganut sistem tanggung renteng. "Artinya jika ada satu orang anggota kelompok tidak mampu mencicil pinjaman akan ditanggulangi bersama-sama oleh anggota kelompok yang lain," katanya.

Pada tahap awal pinjaman yang diberikan Rp1 juta per orang dengan cicilan Rp25 ribu dalam jangka 40 minggu dan jika amanah bisa mendapatkan pinjaman lagi hingga maksimal Rp3 juta.

Kini dengan empat personel yang ada BWM PPM Al-Kautsar terus melebarkan sayap menggerakan ekonomi masyarakat di sekitar Pesantrean Modern Al- Kautsar. "Setidaknya sekarang masyarakat tidak lagi berurusan dengan rentenir," katanya.

Untuk pelaporan dan pengawasan pihaknya secara rutin melakukan pelaporan secara daring menggunakan sistem yang telah dibuat OJK.
Susana kantor Bank Wakaf Mikro Pondok Pesantren Modern Al Kautsar Sarilamak, Kabupaten Limapuluh Kota. (Antara/Ikhwan Wahyudi)



Potensi Keuangan Syariah

Dalam beberapa tahun terakhir industri keuangan syariah terus menggeliat dan terus tumbuh dengan kapitalisasi saham syariah hingga Februari 2019 mencapai Rp3.819, 5 triliun.

Keuangan syariah sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan akses keuangan, memiliki karakteristik dekat dengan pengembangan sektor riil dan juga memperhatikan aspek sosial.

Pada sisi lain tingkat inklusi keuangan syariah Indonesia masih banyak ruang untuk tumbuh jika dibandingkan dengan tingkat inklusi keuangan nasional.

Oleh karena itu OJK berkomitmen dan senantiasa untuk terus bersinergi dengan seluruh pemangku kepentingan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penyediaan akses keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Direktur Lembaga Keuangan Mikro Syariah OJK Suparlan pada pelatihan dan media gathering Kantor OJK regional V menyampaikan salah satu elemen yang memiliki fungsi strategis dalam pendampingan untuk mendorong perekonomian masyarakat adalah pesantren.

"OJK melihat adanya kebutuhan untuk mempertemukan antara pihak yang memiliki kelebihan dana untuk didonasikan kepada masyarakat dengan masyarakat yang membutuhkan pembiayaan untuk usaha dengan imbal hasil yang sangat rendah," katanya

Ia menyebutkan Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan ekonomi syariah karena saat ini terdapat 800 ribu masjid dan 28 ribu pesantren yang bisa diberdayakan.

Karena itu sejak 2017 digagas pembentukan Bank Wakaf Mikro didasari keinginan dan komitmen meningkatkan dan kesejahteraan masyarakat melalui perluasan penyediaan akses keuangan masyarakat yang mudah. Secara kelembagaan bank wakaf mikro memiliki badan hukum koperasi jasa dengan izin usaha lembaga keuangan mikro syariah.

Ia memaparkan model bisnis bank wakaf mikro adalah menyediakan pembiayaan dan pendampingan, tidak menarik/mengelola dana masyarakat, imbal hasil rendah setara dengan tiga persen setahun, berbasis kelompok dan tanpa agunan.

Adapun kriteria yang potensial adalah pimpinan pesantren memiliki komitmen yang tinggi dalam membangun kesejahteraan masyarakat di lingkungan pesantren. "Kemudian di wilayah sekitar pesantren terdapat masyarakat miskin produktif," kata dia.

Untuk monitoring dan pengawasan dilakukan oleh OJK yang berkoordinasi dengan Kementerian Koperasi, Pesantren, Lembaga Amil Zakat selaku pemilik program, serta tokoh masyarakat yang amanah.

Suparlan menyebutkan saat ini terdapat 52 bank wakaf mikro dengan akumulasi pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp24,99 miliar memiliki 19.543 nasabah dengan 2.374 unit usaha di sekitar pesantren.

Ia menambahkan pada tahun 2019 ini, OJK melakukan pengembangan sistem informasi bank mikro wakaf dan memfasilitasi pendirian dengan target jadi 100 lembaga dan peningkatan kepedulian masyarakat menjadi donatur.

BWM berbasis pesantren sebagai lembaga pendidikan berbasis agama memiliki potensi besar untuk memberdayakan umat dan berperan mengikis kesenjangan ekonomi serta mengentaskan kemiskinan, khususnya masyarakat di sekitar pesantren.


Baca juga: OJK : Lima Bank Wakaf Mikro sudah beroperasi di Sumbagut

Baca juga: OJK dorong setiap provinsi miliki Bank Wakaf Mikro







 

Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019