Jakarta (ANTARA) - Ahli dibidang Teknologi Informasi, Prof. Dr-Ing. Ir. Kalamullah Ramli, M.Eng menyebutkan masih banyak instansi belum melindungi sistem teknologi informasi (TI) secara memadai bahkan ada yang belum peduli.

"IT Security di era digital saat ini seharusnya sudah menjadi prioritas, namun masih banyak instansi pemerintah maupun swasta yang tidak peduli," kata Kalamullah dalam ajang Top Digital Awards 2019 di Jakarta, Rabu.

Kalamullah yang ditunjuk sebagai dewan juri penghargaan di bidang TI dan Telco terhadap 500 perusahaan dan instansi pemerintah menjelaskan dalam era digital saat ini seharusnya serangan terhadap sistem IT harus diwaspadai.

Kalamullah menjelaskan aktivitas operasional jangan sampai terganggu atau bahkan berhenti, hanya karena sistem keamanan sistem TI masih lemah.

Baca juga: Kemenkominfo ingatkan pemda perketat keamanan TI
Baca juga: Tantangan keamanan TI menuju era ekonomi digital


Temuan lainnya masih banyak instansi yang memfokuskan kepada penyediaan server room saja, serta banyak yang belum didukung pusat data sendiri.

Kemudian masih ada perusahaan yang belum menerapkan sistem TI yang sinkron dan terintegrasi dengan daerah lain.

"Kebijakan 'Satu Data', memang sudah tepat, namun implementasinya masih terkendala banyak hal. Perlu ada kebijakan yang 'memaksa' berjalannya kebijakan tersebut," ujar Kallamullah.

Begitu juga dengan integrasi TI di perusahaan induk dengan anak perusahaan di perusahaan holding, belum semuanya terintegrasi dengan baik, walaupun proses integrasi terus dilakukan.

Baca juga: Tiga ancaman keamanan TI di perusahaan menurut Cisco
Baca juga: Kota Malang raih dua penghargaan sekaligus


Masing-masing instansi, cenderung mengembangkan sendiri aplikasi dan solusi digitalnya. Oleh karenanya, sering terjadi permasalahan ketika dilakukan integrasi dari banyak solusi, ujarnya.

Sedangkan M. Lutfi Handayani selaku Ketua Penyelenggara Top Digital Awards 2019 menjelaskan kegiatan ini bukan sekedar ajang penghargaan semata, namun ada aspek pembelajarannya bagi peserta.

“Saat mengikuti tahapan wawancara penjurian, dimana peserta melakukan presentasi dan tanya jawab di hadapan dewan juri ada sesi nilai tambah berupa masukan dan saran/ rekomendasi kepada para peserta, tentang pengembangan solusi TI dan transformasi digital yang perlu mereka lakukan kedepan,” tambah M. Lutfi Handayani.

Saran dan masukan yang diberikan meliputi tata kelola TI, infrastruktur TI untuk mendukung teknologi digital, dan implementasi TI dan teknologi digital dalam bentuk solusi atau aplikasi, jelasnya.

Penghargaan ditetapkan berdasarkan hasil rekomendasi para pakar, konsultan, dan asosiasi TI Telco kepada 200 finalis/ kandidat pemenang.

Dari 200 Finalis, sebanyak 129 Finalis yang mengikuti tahapan penilaian secara lengkap, termasuk mengikuti wawancara penjurian, dan 21 instansi yang menjadi pemenang berdasar kuesioner rekomendasi dan market research, sehingga, total kegiatan ini dihadiri sekitar 150 Finalis, termasuk kementerian, lembaga dan perusahaan.

 Baca juga: Survei SME: UKM Indonesia sadar pentingnya strategi pemasaran digital
Baca juga: RS Pelni raih tiga penghargaan Top IT & Telco







 

Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019