Jakarta (ANTARA) - Tekstil Indonesia dipromosikan melalui peragaan busana tradisional bertajuk The Multicolored Indonesia yang diselenggarakan di Yangon, Myanmar, pada 27 November 2019.

“Seperti Myanmar, Indonesia terdiri atas beragam suku, dan masing-masing memiliki tekstil dengan motif dan cara pembuatan tersendiri," kata Duta Besar RI untuk Myanmar Iza Fadri dalam keterangan tertulisnya, Kamis.

Meunurut Dubes Iza, peragaan busana Indonesia tersebut menunjukkan bahwa perbedaan itu indah dan harus dirangkul.
Baca juga: Yogyakarta tuan rumah simposium tekstil tradisional ASEAN 2019
Tidak hanya batik yang sudah dikenal dunia, ragam tekstil dari berbagai daerah di Indonesia seperti dari Lampung, Palembang, Padang, Kalimantan, Bali, Aceh, Sulawesi Utara, dan Sumatra Utara juga perlu dipromosikan.

Menekankan persahabatan, para peragawati yang menampilkan kain Indonesia adalah sahabat dan mitra Indonesia dari Myanmar dan negara-negara ASEAN lainnya, Amerika Serikat, Arab Saudi, Bangladesh, dan Turki.
Baca juga: 42 hektare kawasan industri tekstil disiapkan di Tegal
Acara tersebut dilaksanakan sebagai rangkaian perayaan 70 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia-Myanmar, yang bertujuan mendekatkan masyarakat kedua negara melalui fesyen.

Melalui peragaan busana, diharapkan Indonesia selalu berada di hati dan pikiran masyarakat Myanmar, sehingga semakin banyak yang tertarik untuk berkunjung ke Indonesia, dan peluang kerja sama pun terbuka lebih lebar.

Industri tekstil dan pakaian jadi merupakan sektor manufaktur yang mencatatkan pertumbuhan tertinggi pada triwulan III-2019 sebesar 15,08 persen, atau melampaui pertumbuhan ekonomi nasional 5,02 persen pada periode yang sama.
Baca juga: Indonesia-Myanmar rayakan peringatan 70 tahun hubungan diplomatik
Menurut Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, industri tekstil dan pakaian jadi merupakan salah satu dari lima sektor yang diprioritaskan pengembangannya dalam peta jalan Making Indonesia 4.0.

Kementerian Perindustrian menargetkan ekspor produk tekstil dan pakaian jadi dapat menembus 15 miliar dolar AS sepanjang 2019.
 

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019