Memang beras itu rawan hama, apalagi disimpan dalam waktu lama
Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Perum Bulog Subdivre Malang, Jawa Timur, memastikan dari total stok beras sebanayk 32.000 ton yang dikuasai, hingga saat ini tidak ada yang masuk dalam kategori penurunan mutu.

Kepala Bulog Subdivre Malang Anita Andreani mengatakan, total stok yang dikuasai saat ini berasal dari pengadaan pada 2018, dan 2019, termasuk beras impor yang masuk ke Indonesia pada awal 2018.

"Memang kita masih punya stok kurang lebih sebanyak 32 ribu ton. Itu terdiri pengadaan 2018, dan 2019, termasuk yang dari luar negeri. Dari total itu, tidak ada yang mengalami penurunan mutu," kata Anita, di Kota Malang, Jawa Timur, Rabu.

Baca juga: Mendag akan rapatkan beras Bulog turun mutu di Kemenko Perekonomian

Menurut Anita, adanya rencana dari Perum Bulog untuk melelang 20.000 ton cadangan beras pemerintah (CBP), disebabkan penurunan mutu yang sudah cukup serius. Diperkirakan, beras yang mengalami penurunan mutu dan harus dilelang tersebut, merupakan beras pengadaan pada 2017.

"Kalaupun ada yang turun, kami masih bisa melakukan perbaikan kualitas. Jadi tidak seperti yang 20 ribu ton itu. Karena beras yang 20 ribu ton tersebut, stok 2017 pengadaan dalam negeri," kata Anita.

Anita menjelaskan, dengan total stok yang dikuasai sebanyak itu dalam waktu cukup lama, memang ada potensi untuk terjadinya penurunan mutu. Namun, pihak Bulog Subdivre Malang masih bisa melakukan perbaikan kualitas.

"Memang beras itu rawan hama, apalagi disimpan dalam waktu lama. Walaupun kita melakukan perawatan, seiring berjalannya waktu, akan turun mutunya," ujar Anita.

Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso memastikan bahwa cadangan beras pemerintah sebanyak 20.000 ton yang mengalami penurunan mutu tidak akan dimusnahkan seluruhnya.

Beras tersebut akan dilelang atau dilepas untuk segmentasi pasar yang membutuhkan.

Status mutu beras yang mengalami penurunan tersebut, telah melalui pemeriksaan laboratorium yang direkomendasikan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Berdasarkan hasil uji tersebut, nilai beras yang mengalami penurunan mutu akan ditaksir sesuai dengan kualitasnya. Meski mengalami penurunan, beras tersebut masih dapat diolah menjadi produk turunan seperti tepung, pakan ternak, dan etanol.

Namun, rencana pelelangan 20.000 ton beras tersebut masih menunggu hasil rapat dari kementerian terkait. Pembahasan tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa selisih harga lelang dan awal, apakah akan diganti pemerintah.

Baca juga: Emil Salim: Pemusnahan 20.000 ton beras kekeliruan kebijakan pangan
Baca juga: Pengamat harapkan manajemen penyimpanan beras Bulog lebih memadai


Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019