Makassar (ANTARA) - Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar bekerjasama dengan Balai Penelitian dan Pengembangan Kementerian Agama Kota Makassar (BLAM) meluncurkan buku cerita bergambar yang berbahasa Bugis-Makassar.

"Ini adalah hasil kolaborasi kami dari Prodi Seni Rupa dan Balitbang Kemenag Makassar meluncurkan buku cerita bergambar berbahasa Bugis-Makassar. Ini adalah kekayaan budaya yang harus dilestarikan," ujar Ketua Prodi Seni Rupa Unismuh Makassar Dr Andi Baetal Mukaddas di Makassar, Selasa.

Ia mengatakan dalam buku cerita bergambar itu, bukan hanya bahasanya yang menggunakan bahasa asli suku Makassar dan Bugis, melainkan tulisannya juga yakni Lontara.

Baetal Mukaddas juga mengapresiasi kepercayaan Balai Litbang Kementerian Agama Kota Makassar kepada Prodi Seni Rupa Unismuh dalam pembuatan cerita bergambar (cergam) dengan aksara Lontara.

"Kegiatan ini tentu memberi nilai tambah bagi Prodi Seni Rupa dalam menghadapi Reakreditasi tahun 2022," katanya.

Ketua Tim Ilustrator Cergam yang merupakan salah satu dosen Seni Rupa Unismuh, Makmun menyatakan pembuatan cergam membutuhkan kejelian dalam memvisualkan sebuah ide narasi.

"Bahasa teks akan lebih mudah dipahami dengan visual yang menarik sehingga pembaca merasa alur cerita yang disajikan akan menciptakan sebuah dunia imajinasi baru," kata Makmun.

Kepala Balitbang Kemenag Makassar Saprillah juga mengungkapkan bahwa buku cerita bergambar yang diluncurkan ini ditujukan untuk anak-anak sekolah dasa (SD).

"Misi kami adalah konservasi nilai lokal dan moderasi beragama. Sasarannya adalah anak SD, bukan berarti anak SMP dan tingkatan di atasnya tidak bisa, yang pasti semua kalangan. Tapi sasaran yang utama itu anak SD ," jelas Saprillah.

Misi pertama mengenai konservasi nilai-nilai lokal, dianggap Saprillah, penting sebagai penyambung sejarah masa silam ke masa kini.

Anak-anak di era sekarang ini, seperti kehilangan dengan akarnya sendiri. Tak banyak lagi generasi sekarang yang mengerti tulisan Lontara, sehingga dikhawatirkan bisa menimbulkan kehilangan basis historis.

Sementara misi kedua dari cerita bergambar adalah moderasi beragama, yang ingin menyampaikan pesan, bahwa semua nilai-nilai agama mengajarkan tentang moderasi beragama.

Pewarta: Muh. Hasanuddin
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019