Dubai (ANTARA) -

 Iran membantah berada di balik aksi protes yang disertai kekerasan di Kedutaan Besar AS di Irak pada Selasa (31/12).

Teheran memperingatkan bisa melancarkan aksi balasan setelah Presiden Donald Trump menyalahkan Iran atas serangan di kantor misi AS tersebut dan bahwa Iran akan dimintai pertanggungjawaban atas kejadian itu.  

"Pejabat Amerika memiliki kelancangan yang luar biasa untuk menyangkutpautkan Iran dengan aksi protes rakyat Irak terhadap kekejaman (Washington) yang menewaskan sedikitnya 25 warga Irak ...," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi dalam pernyataan yang dilansir situs Kementerian.

Massa yang dipimpin oleh milisi dukungan Iran mengekspresikan kemarahan mereka atas serangan udara AS terhadap pangkalan militer di Irak dan Suriah, dengan melemparkan batu dan membakar pos keamanan di Kedutaan Besar AS di Baghdad.

"Mousavi menepis tuduhan pejabat Amerika terhadap negara kami, memperingatkan segala reaksi atau salah perhitungan oleh pejabat AS dan meminta Gedung Putih mempertimbangkan kembali kebijakan desktruktifnya di kawasan tersebut," bunyi pernyataan itu.

Sebelumnya pada Selasa, Trump mencuit di Twitter: "Iran membunuh seorang kontraktor Amerika dan melukai banyak orang. Kami merespons keras, dan akan selalu merespons. Kini Iran merancang serangan terhadap Kedutaan Besar AS di Irak. Mereka harus mempertanggungjawabkannya secara penuh."

Trump lantas mencuitkan: "Iran bertanggung jawab penuh atas nyawa yang hilang, di fasilitas kami. Mereka akan membayar "SANGAT MAHAL! Ini bukan Peringatan, ini sebuah Ancaman!"

Sumber: Reuters

Baca juga: Massa bakar pos keamanan Kedubes AS di Irak

Baca juga: Presiden Irak kecam upaya penyerbuan Kedubes AS

 

Indonesia-Iran Perkuat Kerja Sama

  
   

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020