Saat cuaca ekstrem hujan deras turun dan dam-dam itu akan jebol
Manokwari (ANTARA) - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Papua Barat, Derek Ampnir menyebutkan menyatakan bencana menjadi ancaman permanen bagi Kabupaten Teluk Wondama.

Ditemui di Manokwari, Senin, Derek menjelaskan, daerah yang paling rawan banjir di Teluk Wondama berada di Wasior. Secara historis wilayah tersebut menyimpan kenangan pahit tentang bencana banjir bandang.

"Menjelang Natal tahun 2019 banjir kembali terjadi dan paling memprihatinkan adalah banjir bandang Oktober 2010 yang menelan ratusan nyawa dan merusak seluruh infrastruktur," kata dia lagi.

Baca juga: 800 kampung di Papua Barat berpotensi longsor dan banjir

Ampnir menjelaskan, pemukiman padat penduduk serta fasilitas penting di Wasior tepat berada di lereng Gunung Wondiboi hingga pesisir pantai. Jarak antara hulu hingga pesisir hanya sekitar 2 kilometer.

"Beberapa sungai besar melintas di bagian atas kota Wasior. Di area hulu sungai baik yang mengalir ke arah barat mau timur sering terjadi pembentukan DAM alami akibat longsoran serta material-material kayu dan batu," ujarnya.

Menurut dia, BPBD dan pemerintah daerah setempat harus memberi perhatian serius. Daerah hulu dan aliran sungai harus dicek dilakukan normalisasi secara rutin.

"Sebab kalau tidak, tumbukan material yang menutup aliran sungai ini akan membentuk genangan air dengan volume besar. Saat cuaca ekstrem hujan deras turun dan dam-dam itu akan jebol, akibatnya air akan turun bersama material batu, kayu dan tanah menyampu pemukiman masyarakat," kata dia lagi.

Ia berpandangan, kepala daerah sudah memiliki visi misi yang bagus dalam hal penanganan bencana. Di sisi lain, daerah ini pun sudah memiliki dokumen rencana kontijensi.

Ampnir berharap, seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) terkait dapat menerjemahkannya dalam bentuk program kerja sesuai tugas serta kewenangan masing-masing.

Baca juga: BPBD Papua Barat: empat sungai di Wondama cukup berbahaya

Pewarta: Toyiban
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020