Pariaman (ANTARA) - Pemuda Desa Batang Tajungkek, Kecamatan Pariaman Selatan, Kota Pariaman, Sumatera Barat, berhasil mengembangkan minyak serai dengan kandungan citronella 44,30 persen tanpa bahan kimia tambahan.

"Biasanya hanya dihasilkan sekitar 35 persen kandungan citronella sedangkan untuk standar ekspor yang dibutuhkan 35 persen ke atas," kata Ryan Hidayat (30), pemuda yang mengembangkan minyak serai itu di Pariaman, Selasa.

Ia mengatakan pengembangan tersebut menggunakan dana pribadi sekitar Rp40 juta untuk sewa lahan dan perakitan peralatan penyulingan yang terbuat dari drum.

Meskipun pengembangan tersebut masih berkisar satu tahun, namun pemuda tamatan analis kimia itu telah menghasilkan produk turunan di antaranya sabun, pembersih lantai, dan cairan pengusir nyamuk.

"Manfaat dari minyak ini yaitu di antaranya anti nyeri, anti nyamuk, aroma terapi," katanya.

Baca juga: Aceh promosikan Kopi Gayo hingga minyak serai di Australia

Baca juga: ACT Aceh: Satu hektare lahan serai wangi bisa produksi minyak 200 Kg

Baca juga: Serai wangi penghasil minyak atsiri masa depan


Ia menyampaikan saat ini minyak tersebut dijualnya dalam kemasan 10 cc dengan harga jual Rp25 ribu.

Meskipun saat ini pembelinya masih bersifat lokal namun ia berencana akan mengembangkannya untuk memasok produk itu ke perusahaan-perusahaan bahkan ekspor ke luar negeri.

"Saya akan berkolaborasi dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk pengembangnya," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Desa Batang Tajungkek Riko Herianto mengatakan pihaknya akan menjadikan di daerah itu sebagai penghasil minyak serai melalui BUMDes karena memiliki potensi yang besar.

"Setidaknya ini dapat meningkatkan pendapatan warga," kata dia.

Selain serai, pihaknya juga akan membuat pabrik penghancur sampah untuk menjadi semen.

Camat Pariaman Selatan Suryadi S. mengatakan jika pabrik penyulingan minyak serai berdiri maka setiap rumah di daerah itu akan menanam serai di lingkungannya karena bernilai ekonomis.

"Apalagi serai tidak perlu perawatan yang intensif, sekali tanam dan panen enam bulan kemudian. Peremajaannya hanya dalam waktu 10 tahun," katanya.*

Pewarta: Altas Maulana
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020