Jakarta (ANTARA) - Ketua Presidium organisasi sosial kemanusiaan untuk korban perang, konflik dan bencana alam yang bergerak dalam bidang kegawatdaruratan kesehatan "Medical Emergency Rescue Committee" (MER-C) dr Sarbini Abdul Murad bertemu Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo untuk mendiskusikan masalah Palestina.

"Ya, saya telah menemui Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo dan berdiskusi dengan beliau di Keuskupan Agung Jakarta kemarin (Rabu, 15/1). Kami membahas isu utama soal masalah Palestina sebagai negara di dunia yang masih terjajah dan belum merdeka," kata Sarbini Abdul Murad kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.

Sarbini Abdul Murad bersama pendiri MER-C lainnya, dr Jose Rizal Jurnalis sama-sama berada di garis depan untuk memberikan bantuan kemanusiaan dan kesehatan saat konflik Israel-Palestina pada akhir Desember 2008 hingga awal Januari 2009 bersama sejumlah jurnalis Indonesia.

Saat itu, keberadaan sukarelawan MER-C adalah bersama unsur lain, termasuk Kemenkes dan Kemenlu yang sedang membawa misi bantuan kesehatan dan kemanusiaan di Gaza, Palestina, hingga akhirnya menggagas dan merintis pembangunan RSI Indonesia di Gaza.

Baca juga: Indonesia lanjutkan diplomasi bela Palestina pada 2020

Menurut Sarbini menjelaskan bahwa pihaknya intensif melakukan silaturahmi dan kunjungan ke tokoh-tokoh lintas agama, salah satunya kepada Kardinal Ignatius Suharyo untuk mendiskusikan mengenai Palestina.

"Mengapa Palestina? Karena Palestina adalah konflik kolonialisme dan bukan konflik agama," kata dokter kelahiran Aceh itu.

"Palestina adalah sebuah masalah yang harus diselesaikan dengan berbagai macam pendekatan dan melibatkan semua elemen bangsa Indonesia, karena ini adalah tanggung jawab sejarah, tanggung jawab moral kita bersama," tambahnya.

Secara khusus, Sarbini mengucapkan terima kasih karena dapat bertemu dengan Kardinal Ignatius Suharyo untuk bersama-sama memikirkan nasib Palestina dan mendiskusikan apa yang bisa dilakukan untuk Palestina agar dapat mencapai kemerdekaannya.

"Karena penjajahan di atas dunia harus dihapuskan," katanya.

Baca juga: MUI bangun rumah sakit di Tepi Barat Palestina

Sikap gereja Katolik

Dalam pertemuan itu, katanya, Kardinal Ignatius Suharyo menyampaikan bahwa sikap resmi Gereja Katolik jelas sekali untuk masalah Palestina.

"Paus saat ini mendukung Palestina dan Kemerdekaan Palestina, karena semua bangsa mempunyai hak untuk merdeka," kata kardinal menegaskan.

Kardinal Ignasius Suharyo mengucapkan terima kasih dan bersyukur atas kunjungan MER-C ke Keuskupan Agung Jakarta.

"Saya sudah lama mendengar tentang rumah sakit yang didirikan di Palestina. Tapi baru kali ini mengetahui secara lebih rinci mengenai hal ini dan mengetahui tentang lembaga MER-C," katanya.

"Saya sangat bersyukur MER-C hadir di sini mencerahkan saya dan memberikan wawasan baru kepada saya. Saya mewakili Keuskupan Agung Jakarta pasti akan membawa informasi yang baru saya terima ini ke dalam forum pertemuan para uskup sebagai bahan diskusi ke depan," tambahnya.

Baca juga: BQSR salurkan Rp13 juta bagi Palestina dan Suriah melalui ACT Aceh

Sarbini kepada Kardinal Ignasius Suharyo juga menjelaskan bahwa MER-C sebagai sebuah lembaga sosial, kemanusiaan dan kesehatan telah membuat program bantuan jangka panjang untuk Palestina.

"Kami telah membangun sebuah rumah sakit yang diberi nama RS Indonesia, tepatnya di Jalur Gaza. RS Indonesia di Gaza menjadi sebuah ikon diplomasi Indonesia di dunia Internasional untuk Palestina," katanya.

Selain di Gaza, kata dia, wilayah konflik di Rakhine, Myanmar juga menjadi perhatian MER-C.

"Kami juga membangun Rumah Sakit Indonesia di Rakhine Myanmar yang melibatkan partisipasi umat Buddha dan Muslim dalam proses pembangunannya, karena kita ingin mendorong perdamaian di sana. Saat ini RS sudah selesai dan akan segera diresmikan," kata Sarbini Abdul Murad.


Baca juga: Setelah berpisah 20 tahun, ibu dan anak Palestina bertemu di Mesir
Baca juga: Indonesia desak Israel hentikan pemukiman ilegal di Palestina

Pewarta: Andi Jauhary
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020