London (ANTARA) - Perusahaan farmasi Inggris GlaxoSmithKline (GSK) Plc bekerja sama dengan Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Wabah (Coalition for Epidemic Preparedness Innovations/CEPI) untuk berkontribusi dalam upaya pengembangan vaksin untuk wabah virus corona.

GSK akan menggunakan "teknologi platform adjuvant-nya" untuk mengembangkan suatu vaksin yang dapat melawan virus 2019-nCoV, menurut pernyataan dari GSK dan CEPI pada Senin.

Adjuvant merupakan suatu zat yang meningkatkan respons kekebalan tubuh terhadap antigen.

Penggunaan adjuvant memungkinkan produksi dosis vaksin yang lebih banyak dan karenanya akan meningkatkan ketersediaan vaksin untuk lebih banyak orang.

GSK akan berkolaborasi dengan badan-badan yang didanai oleh CEPI, dimana perjanjian pertama dari beberapa perjanjian yang ada telah ditandatangani antara perusahaan farmasi Inggris itu dengan Universitas Queensland Australia.

Virus mirip flu yang merebak cepat itu telah menewaskan lebih dari 300 orang di China, dan menyebar ke puluhan negara dan menyebabkan negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu harus mengalami pembatasan perjalanan dan penutupan sejumlah bisnis.

Saat ini tidak ada vaksin yang tersedia untuk melawan virus corona. Namun, beberapa organisasi termasuk CEPI, yakni suatu badan kemitraan publik-swasta yang berbasis di Norwegia, bekerja untuk mengembangkan vaksin untuk melawan virus 2019-nCoV itu.

Yayasan Lembaga Pasteur Prancis pada Jumat menyatakan telah membentuk satuan tugas yang bertujuan untuk mengembangkan vaksin pelawan virus corona dalam 20 bulan. Sementara itu, menteri riset Jerman mengatakan dia mengharapkan vaksin untuk virus corona akan dapat dikembangkan dalam "beberapa bulan".

Baca juga: Negara G7 upayakan prosedur terpadu lawan virus corona
Baca juga: Apakah virus corona bisa menjadi endemik?
Baca juga: Kasus kematian pertama akibat virus corona dilaporkan di luar China

Penerjemah: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020