Pontianak (ANTARA) - Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kalbar, Yuliardi Qamal memastikan tingkat hunian hotel akan anjlok saat Cap Go Meh di Singkawang karena dampak dari keputusan pemerintah yang melarang masuknya turis dari China ke Indonesia lantaran mewabahnya virus corona.

"Dari sisi usaha tentu akan ada dampak pelarangan yakni tingkat hunian akan anjlok. Kita tahu untuk kegiatan Cap Go Meh bagaimana tahun - tahun sebelumnya dari China tentu ramai," ujarnya di Pontianak, Senin.

Menurut Yuliardi, anjloknya tingkat hunian hotel bisa mencapai 50 persen dibandingkan saat perayaan Cap Go Meh sebelumnya.

Baca juga: Komisi I DPR minta pemerintah moratorium bebas visa untuk turis RRT

"Dari informasi teman - teman agen perjalan sudah banyak yang batalkan untuk ke Cap Go Meh. Nah itu tentu berkaitan dengan hunian hotel kita tentunya. Namun, mudahan jangan sampai anjlok benar karena wisatawan lokal atau nusantara ada," jelas dia.

Hanya saja kata dia tentu untuk menyaksikan Cap Go Meh tentu ada kekhawatiran lainnya dari masyarakat atau wisatawan nusantara berupa takut terkontaminasi, jangan - jangan masih lolos orang yang terdampak kasus corona dari jalur yang tidak terpantau.

"Kita tahu memang saat ini pintu masuk dari luar dijaga ketat dari pihak terkait. Namun takut ada yang lolos. Kalau di keramaian, ada yang khawatir dan ada yang memilih tidak datang saja tentu lebih aman," jelas dia.

Baca juga: Dinkes : 10 WNA China di Kepri negatif virus corona

Dari sisi kepentingan kesehatan dan kemanusiaan, Yuliardi memaklumi adanya pelarangan nya. Menurutnya memang sudah semestinya kepentingan kesehatan lebih utama agar warga Kalbar tidak terpapar wabah virus corona dari negara luar.

"Dari sisi keselamtan dan kesehatan, kita setuju adanya pelarangan agar tidak terjangkiti virus corona. Kita berharap saja kondisi seperti ini segera lewat. Kita dari perhotelan juga minta pihak terkait di pintu masuk Kalbar dijaga ketat. Sehingga semua baik - baik saja," harap dia.

Pewarta: Dedi
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020