Spektrum 700 MHz lebih mudah dan efektif untuk pemerintah Indonesia yang menginginkan jangkauan dan adopsi 4G lebih luas.
Jakarta (ANTARA) - Studi yang dilakukan oleh asosiasi operator telekomunikasi dunia, Global System for Mobile Communication Association (GSMA) memaparkan bahwa Indonesia bisa mendapatkan keuntungan ekonomi 10,5 miliar dolar AS (Rp 145,3 triliun) dalam 10 tahun jika mengalokasikan frekuensi 700 MHz untuk penggunaan internet pada perangkat bergerak.

"Kapan saat tepat untuk menerapkan spektrum 700 MHz, adalah saat ini. Nilai 10,5 miliar Dolar AS itu adalah manfaat ekonomi dari penggunaan spektrum tersebut baik secara langsung mau pun tidak langsung," kata Kepala Spektrum GSMA Brett Tarnutzer dalam studi berjudul "Spotlight on Indonesia: The Imperative of Seizing Mobile Broadband Opportunities Now" yang diterima di Jakarta, Kamis.

Brett mengatakan untuk membantu proses switch-off layanan analog, penerapan spektrum 700 MHz menjadi solusi baik karena spektrum ini memungkinkan jangkauan lebih baik dengan infrastruktur lebih sedikit dibandingkan spekturm yang lebih tinggi seperti 2,3 dan 2,6 GHz.

"Spektrum 700 MHz lebih mudah dan efektif untuk pemerintah Indonesia yang menginginkan jangkauan dan adopsi 4G lebih luas, terutama pada masyarakat terpencil dan semi-urban," katanya.
Baca juga: Kemenperin sinkronisasi data IMEI dari GSMA

Dengan demikian, masih menurut dia, operator pun bisa mengurangi biaya modal mereka dan konsumen pun akan diuntungkan karena implementasinya bisa lebih cepat.

Ia berpendapat bahwa agar manfaat itu dapat diraih, Indonesia dinilai sebaiknya tidak menunda alokasi spektrum 700 MHz.

"Berdasarkan pemodelan yang kami buat, menunda alokasi selama tiga tahun dapat mengurangi keuntungan sekitar tiga miliar dolar AS (Rp31,5 triliun)," kata dia.
Baca juga: Studi GSMA Terbaru Ungkap PDB Thailand dapat Naik hingga 23 Miliar Dolar pada 2020 melalui Kebijakan Broadband Seluler yang Efektif

Hal itu karena kecepatan yang terbatas dan pembangunan stasiun pangkalan yang tidak efisien dan mahal karena tertunda beberapa tahun. Selain itu, Indonesia juga harus memastikan alokasi penuh 700 MHz untuk broadband selular.

Sementara itu, Kepala GSMA Asia-Pasifik Julian Gorman mengatakan dividen band digital sangat penting untuk daya saing Republik Indonesia di masa depan.

Dia mengatakan upaya untuk menjadi raksasa ekonomi digital bisa terhambat jika Indonesia kesulitan mempertahankan lanskap digitalnya yang atraktif ini.

"Bahkan jika transformasi digital tertunda sebentar saja, bukan tidak mungkin Indonesia akan kehilangan miliaran dolar, sekaligus menyebabkan akses terhadap layanan broadband seluler menjadi terbatas bagi jutaan orang," kata Julian Gorman.

Baca juga: Laporan GSMA: alokasi spektrum yang vital untuk penggunaan mobile akan meningkatkan perekonomian Indonesia
Baca juga: GSMA: Tambahan dana senilai 212 miliar dolar untuk PDB Asia Pasifik dipertaruhkan pada WRC-19

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2020