Kediri (ANTARA) - Ratusan santri dari berbagai pondok pesantren di Jawa hingga Madura mengikuti kegiatan bahtsul masail yang digelar di Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri, Jawa Timur, membahas berbagai masalah kekinian, salah satunya investasi emas.

"Masalah yang dibahas beragam, di antaranya ada polemik ujian nasional, investasi emas, potensi zakat petani, dan berbagai tema lainnya," kata Panitia Forum Musyawarah Pondok Pesantren (FMPP) se-Jawa Madura KH Muhammad Makmun di lokasi acara pembukaan, Aula Muktamar Pesantren Lirboyo, Kota Kediri, Rabu petang.

Kegiatan itu diikuti kurang lebih 78 pesantren dari Jawa hingga Madura. Mereka semua santri putra yang akan dibagi menjadi beberapa komisi. Setiap komisi nantinya membahas tema dan berlandaskan dengan dalil dan kitab-kitab dari ahli kitab.

Ia berharap, dengan kegiatan bahtsul masail ini nantinya bisa menghasilkan keputusan yang terbaik. Bahkan, diharapkan bisa menjadi bahan masukan untuk pemerintah dari sumbangan pemikiran para santri untuk NKRI lebih baik.

Baca juga: 100-an pusaka dan kitab kuno dipamerkan di Pesantren Lirboyo Kediri

Baca juga: Masyarakat Kediri antusias gunakan hak pilih

Baca juga: Olimpiade "kitab kuning" se-Jatim diikuti 200 santri


"Kegiatan ini juga kami jadikan wahana silaturahmi antar pondok pesantren. Kami ucapkan terimakasih pada semua pihak yang membantu terlaksananya kegiatan ini dan kami minta maaf jika ada kekurangan. Kami mengusahakan sebaik mungkin," kata dia.

Sementara itu, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar yang juga hadir saat pembukaan kegiatan itu mengatakan bahwa peran santri tinggi.

Ia juga mengikuti kegiatan FMPP dari waktu ke waktu, dan ternyata semakin hari, santri semakin semangat, banyak masalah yang diselesaikan.

"Berbagai masalah kontekstual, kekinian itu selalu menjadi isu yang menarik di FMPP dan menjadi bahan diskusi yang sangat bagus," kata dia.

Dirinya menyebut, terdapat beberapa hal dari kegiatan FMPP yakni menjawab berbagai permasalahan sosial kemasyarakatan dan menjadi media untuk melakukan sebuah proses penajaman cara berpikir, cara berpendapat termasuk menyampaikan pendapat.

"Hari ini, permasalahan bangsa dihadapkan pada masalah itu. Banyak orang tidak tahu cara menyampaikan pendapat, akhirnya ngawur (sembarangan). Dan, tentu situasi seperti ini bukan menciptakan kesejukan tapi tidak nyaman, kenapa? Karena mereka tidak pernah masuk ke FMPP," kata politisi PKB ini.

Ia menambahkan, memahami perbedaan pendapat merupakan hal yang sulit jika tidak pernah diskusi, berdebat. Jika pemahaman yang utuh pada suatu masalah tidak dilakukan, akan sulit untuk dicapai kesepakatan.

Dirinya menyatakan merupakan sebuah keberuntungan santri bisa menimba ilmu di pesantren. Para ulama, kiai dari pondok pesantren, pendapatnya selalu moderat, tidak ekstrim baik yang ekstrim kanan maupun kiri, karena para ulama tersebut mempunyai ilmu tinggi dan bisa melihat dari segala sudut.

Untuk itu, ia berharap kegiatan diskusi atau bahtsul masail dengan membahas berbagai isu terkini tetap dilestarikan di pesantren, karena hal itu juga baik untuk mengasah kemampuan para santri baik penguasaan kitab maupun berbagai isu terkini di nasional.*

Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020