Lokasi gempa berada pada 55 kilometer Timur Laut Tahuna dan tidak ada terjadi potensi tsunami,
Jakarta (ANTARA) - Sejumlah berita bidang humaniora menjadi perhatian masyarakat kemarin mulai dari gempa di Tahuna, Sulawesi Utara hingga penjelasan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tentang potensi megathrust di Sukabumi.

Gempa Magnitudo 5,7 melanda wilayah Tahun, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara pada Jumat (28/2) dini hari. Gempa berkedalaman 108 kilometer pada koordinat 3,73 derajat Lintang Utara dan 125,98 derajat Bujur Timur itu terjadi pada pukul 02.13 WIB.

Lokasi gempa berada pada 55 kilometer Timur Laut Tahuna dan tidak ada terjadi potensi tsunami.

Berita tentang virus COVID-19 juga masih menjadi perhatian masyarakat, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan kasus COVID-19 semakin menyebar dan bertambah ke sembilan negara yang baru melaporkan kasus untuk kali pertama.

Berdasarkan laporan harian WHO hingga Kamis (27/2), total kasus COVID-19 secara global mencapai 82.294 kasus dengan penambahan 1.185 penambahan kasus baru.

Sembilan negara yang baru terinfeksi COVID-19 adalah Brazil, Denmark, Estonia, Georgia, Yunani, Norwegia, Pakistan, Rumania, dan Makedonia Utara.

WHO menyatakan dari total 1.185 kasus baru yang terjadi, 439 kasus berasal dari China dan 746 kasus lainnya berasal dari 46 negara di luar China.

Sementara itu, laporan harian WHO pada Jumat (28/2), total kasus COVID-19 secara global mencapai 83.652 kasus dengan 1.358 penambahan kasus baru.

Persebaran COVID-19 itu kemudian mendorong Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan seluruh dunia untuk bersiap siaga.

Dalam keterangan pers kepada media Kamis (27/2) yang dikutip dari laman resmi WHO, Tedros memperingatkan seluruh negara di dunia untuk mempersiapkan segala hal yang harus dilakukan apabila terjadi kasus pertama COVID-19 di negaranya.

"Tidak boleh ada negara yang beranggapan tidak akan terjadi kasus. Itu akan menjadi kesalahan yang fatal," tambahnya.

Tedros mengatakan COVID-19 tidak memandang batas-batas negara, tidak membedakan ras dan etnis, dan tidak mempedulikan pendapatan domestik atau tingkat pembangunan suatu negara.

"Namun, kita tidak berputus asa. Kita bukan tidak berdaya, melainkan ada hal-hal yang dapat dilakukan setiap negara dan setiap orang," lanjutnya.

Menurut Tedros, setiap negara harus siap mendeteksi kasus secara dini, mengisolasi pasien, melacak riwayat kontak, menyediakan perawatan klinis yang berkualitas, mencegah terjadi wabah di rumah sakit, dan mencegah penularan terjadi di masyarakat.

Berita keputusan pemerintah Arab Saudi yang menangguhkan perjalanan umrah dari beberapa negara terkait dengan COVID-19, salah satunya Indonesia, sehingga menyebabkan jamaah batal berangkat juga menjadi salah satu berita yang menarik perhatian masyarakat.

Sejumlah calon jamaah umrah yang sedianya berangkat dari Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta Kamis malam (27/2) akhirnya batal terbang karena kebijakan pemerintah Arab Saudi tersebut.

Sementara itu, pada saat-saat terakhir penerapan kebijakan tersebut 439 calon jamaah umrah asal Sumatera Selatan dilaporkan tetap berangkat karena telah mendapatkan izin.

Kajian BMKG terhadap potensi gempa dengan Magnitudo 8,7 di wilayah Sukabumi karena berada di dekat zona megathrust dan subduksi juga menjadi salah satu berita yang diminati masyarakat.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono mengatakan potensi gempa di Sukabumi terjadi karena wilayah pesisirnya secara tektonik berhadapan dengan zona megathrust Samudera Hindia dengan subduksi lempeng aktif yang memiliki aktivitas kegempaan tinggi.

"Namun, fakta dari kajian tersebut bukan merupakan prediksi waktu kapan akan terjadi gempa," kata Rahmat.

Kajian BMKG yang dilakukan pada 2011 menunjukkan zona megathrust Selatan Sukabumi memiliki kekuatan gempa tertarget, yaitu Magnitudo 8,7.

Kajian potensi bahaya sangat penting dilakukan untuk mitigasi dan pengurangan risiko bencana, bukan untuk menakut-nakuti masyarakat.

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2020