Jakarta (ANTARA) - Survei Y-Publica menyebutkan, elektabilitas PDI Perjuangan masih berada di atas dan mengalahkan partai-partai lainnya, namun peta pemilihan calon presiden tampaknya tidak linear dengan pemilihan legislatif.

"Meskipun PDI Perjuangan unggul, yakni mencapai 30,3 persen tetapi tokoh-tokoh yang berpeluang maju dalam Pilpres masih rendah elektabilitasnya," kata Direktur Eksekutif Y-Publica, Rudi Hartono, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, stok kader PDI Perjuangan memang cukup berlimpah, di antaranya Ganjar Pranowo, Tri Rismaharini, dan Puan Maharani yang masuk dalam 10 besar pilihan masyarakat.

Baca juga: Survei IPS: Popularitas Prabowo di kalangan generasi Z 95,3 persen

Tetapi mereka masih jauh di bawah Prabowo Subianto (23,7 persen), Anies Baswedan (14,7 persen), dan Sandiaga Uno (10,3 persen). Elektabilitas kader PDI Perjuangan paling tinggi Pranowo (8,0 persen), Risma (3,6 persen), paling buncit Puan (1,1 persen).

Selain itu masih ada Ridwan Kamil (4,9 persen), Erick Thohir (4,1 persen), Mahfud MD (2,9 persen), dan Agus Harimurti Yudhoyono (1,6 persen).

"Rata-rata mereka diuntungkan dengan posisi saat ini menjabat di kekuasaan, baik menteri maupun gubernur/walikota," kata Hartono.

Baca juga: Popularitas Prabowo meningkat karena tim media cerdas

Sandi dan AHY yang masih menuai investasi elektoral harus meraih jabatan serupa jika ingin tetap bertahan.

Tokoh lain masih rendah elektabilitasnya di bawah 1 persen, sedangkan sisanya tidak tahu/tidak menjawab 17,6 persen.

Dengan elektabilitas yang masih sangat tinggi, Prabowo berpeluang untuk dicalonkan kembali pada Pilpres 2024.

Baca juga: Prabowo Miliki Popularitas Jadi Presiden

"Jika disimulasikan, pasangan Prabowo-Anies unggul jauh dengan dukungan publik mencapai 35,4 persen, sedangkan Prabowo-Puan yang mencerminkan keterwakilan PDIP hanya didukung sebesar 11,8 persen," kata Hartono.

Pasangan Prabowo-Puan bahkan masih kalah dari Prabowo-Sandi yang sebelumnya bertarung dalam Pilpres 2019 dengan tingkat dukungan mencapai 23,3 persen.

"Ini menjadi tantangan serius bagi PDIP, mengingat kemungkinan Prabowo-Anies menjadi pasangan yang paling kuat dan tidak terkalahkan saat ini," kata Hartono.

Jika Prabowo tidak maju pada 2024, Anies berpeluang menjadi calon presiden yang diunggulkan. Pasangan nostalgia Pilkada DKI 2017 Anies-Sandi paling favorit dengan dukungan 28,8 persen, disusul Anies-RK (21,0 persen), dan Anies-AHY (9,8 persen). Alternatif lainnya adalah Sandi-RK (31,3 persen), Sandi-Erick (27,6 persen), dan Sandi-AHY (30,3 persen).

Simulasi lain dilakukan terhadap RK, dengan pasangan RK-Ganjar (22,3 persen), RK-Erick (14,8 persen), dan RK-AHY (9,3 persen). Lalu Ganjar-Sandi (20,3 persen), Ganjar-Erick (16,8 persen), dan Ganjar-RK (11,8 persen).

"Nama Puan tidak muncul dalam simulasi pilpres tanpa Prabowo, menunjukkan rendahnya dukungan terhadap penerus dinasti politik PDI Perjuangan," katanya.

Sebagai catatan, keseluruhan sebanyak 25 tokoh yang ditanyakan kepada responden sebagai capres. Dalam simulasi capres-cawapres, dipilih 5 nama sebagai capres unggulan berdasarkan opini yang berkembang pasca-Pemilu 2019. Masing-masing dipasangkan dengan sisa nama yang tersedia, menghasilkan tiga pasangan paling unggul dan sebagian sisanya tidak tahu/tidak menjawab.

Y-Publica melakukan survei nasional yang dilakukan pada 11-20 Februari 2020, dengan jumlah responden 1200 orang mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Metode survei adalah multistage random sampling (acak bertingkat) di setiap dapil dengan margin of error ±2,89 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2020