Jakarta (ANTARA) - Sejak dibentuk pada tahun 2016 lalu, Duta Damai Dunia Maya Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) punya tanggung jawab moral dan sosial untuk membentengi generasi sebayanya agar tidak terpengaruh paham dan doktrin radikal terorisme yang banyak memanfaatkan dunia maya sebagai arena dan sarana penyebarannya.

Dalam konteks inilah, generasi muda dari para relawan duta damai ini diharapkan mampu untuk berperan aktif dalam membendung konten dan narasi kekerasan dengan menyemarakkan konten dan narasi positif perdamaian melalui dunia maya, kata Deputi I bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT Mayjen TNI Hendri Paruhuman Lubis, dalam keterangan tertulis yang diterima, Kamis.

Baca juga: Presiden: Terorisme dan radikalisme masih menjadi tantangan serius

“Relawan duta damai BNPT tidak dibentuk untuk melawan narasi kekerasan, tetapi justru diarahkan untuk membanjiri dunia maya dengan narasi perdamaian. Duta damai tidak ingin melawan narasi radikal, tetapi justru ingin membentengi para generasi muda agar tidak mudah terpengaruh narasi kekerasan,” ujar Deputi I BNPT Mayjen TNI Hendri Paruhuman Lubis, dalam sambutannya saat membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Duta Damai Dunia Maya BNPT tahun 2020 yang berlangsung di Prama Sanur Beach Hotel, Denpasar - Bali, Rabu (4/3).

Lebih lanjut Deputi I BNPT mengatakan bahwa duta damai ini menjadi modal dan kekuatan berharga, tidak hanya bagi BNPT saja tetapi juga bagi bangsa.

Ini dikarenakan perubahan zaman terus berjalan dan berkembang. Apalagi saat ini tidak hanya sampai pada era kecanggihan teknologi saja, tetapi juga era kecepatan informasi, dimana gabungan antara teknologi dan informasi itu telah menciptakan ruang sosial baru yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.

“Di ruang baru ini, yang disebut dunia maya (cyber space) semua orang bisa berinteraksi dan berkomunikasi tanpa batas wilayah, usia, bahkan kadang tanpa norma dan etika. Kita lihat, informasi bukan lagi menjadi barang langka dan berharga yang sulit dicari, tetapi informasi mendekati dan menghampiri kita setiap hari. Hanya bermodalkan jari dan internet, informasi bisa dikonsumsi setiap hari,” ujar alumni Akmil tahun 1986 ini.

Namun, katanya, kebebasan mendapatkan informasi dan kebebasan berkomunikasi di dunia maya ini jika tidak diimbangi dengan kemampuan literasi yang memadai akan jatuh pada disinformasi dan provokasi.

Masyarakat menjadi sulit membedakan mana berita berdasarkan fakta atau narasi fiktif belaka.

Baca juga: Konten radikalisme terbanyak di Facebook dan Instagram

Masyarakat tidak lagi mencari kebenaran, tetapi justru mencari pembenaran dimana informasi akan dipercaya apabila sesuai dengan pandangannya sendiri.

“Dalam kondisi seperti inilah, saya kira generasi muda dari duta damai ini mengemban tugas penting sebagai penggerak literasi di masyarakat khususnya generasi muda sebayanya. Duta damai harus menjadi corong edukasi untuk mencerahkan masyarakat agar cerdas dalam mencari informasi dan bijak dalam berkomunikasi dan berinteraksi di dunia maya,” ujar mantan Komandan Satuan Induk Badan Intelijen Strategis (Dansat Induk Bais) TNI ini.

Selain itu dirinya juga menegaskan bahwa sesungguhnya mereka yang sering menyebarkan konten negatif, hoaks, adu domba dan provokasi adalah kelompok kecil.

Namun anak-anak muda yang merupakan kelompok besar yang tidak suka dengan kekerasan dan menginginkan perdamaian justru memilih diam dan tidak peduli.

“Karena itulah, dalam kesempatan ini saya ingin mengajak para duta damai untuk terpanggil dan peka terhadap kondisi yang ada. Karena generasi muda adalah penerus bangsa yang mewarisi tanggung jawab sejarah untuk merawat perdamaian dan persatuan bangsa ini. Kontribusi sekecil apapun yang bisa kita lakukan akan bernilai besar jika diniatkan untuk perdamaian bangsa ini,” kata mantan Komandan Korem 173/Praja Vira Braja, Kodam XVII/Cenderawasih ini.

Dalam kesempatan tersebut Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol Ir Hamli ME meminta kepada para generasi muda yang merupakan kelompok besar diharapkan tidak boleh lagi untuk memilih bersikap diam (silent majority) dan tidak peduli terhadap kelompok-kelompok kecil yang selama ini telah menebarkan konten hoaks, fitnah dan adu domba yang dapat memecah belah bangsa ini.

“Rakornas kali ini dengan tagline yang luar biasa menurut saya yaitu #beranidamaisaatnyaberaksi, itu adalah bentuk pengejawantahan bahwa kita tidak boleh lagi menjadi silent majority. Tapi minimal kita harus menjadi paling tidak sebelum jadi vokal majority, paling tidak bisa menjadi noisy majority,” ujar Brigjen Pol. Hamli.

Baca juga: MPR: Jangan biarkan kognisi Pancasila generasi muda terabaikan

Hal tersebut menurut Brigjen Hamli dimaksudkan adalah jika kelompok-kelompok kecil itu berisik dengan melakukan menyebaran konten hoaks, fitnah dan adu domba, maka kelompok generasi muda yang jumlahnya lebih besar ini juga harus berisik dengan menebarkan perdamaian .

“Oleh sebab itu maka teman-teman Duta Damai Dunia Maya ini hendaknya juga bisa terus ikut memenuhi ruang-ruang maya ini maupun ruang-ruang offline dengan kedamaian. Jangan kalah sama mereka yang kecil itu,” ujar alumni Sepmilsuk ABRI tahun 1989 ini

Menurut dia, narasi-narasi perdamaian dan narasi-narasi yang positif lainnya hendaknya untuk selalu terus disebarkan untuk memenuhi ruang-ruang itu.

“Dengan demikian masyarakat akan menjadi tahu bahwa orang yang menginginkan kedamaian itu masih lebih banyak dengan orang-orang yang menginginkan yang tidak damai,” ujar mantan Kabid Pencegahan Detasemen Khusus (Densus) 88/Anti Teror Polri ini.

Baca juga: Bekasi sebar spanduk tolak radikalisme dan aksi terorisme

Pewarta: Joko Susilo
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2020