Kendari (ANTARA News) - Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) yang sedang menggenjot percepatan pembangunan dengan menghadirkan investor menemui kendala karena terjadi krisis listrik hingga mencapai 100 Mega Watt (MW).

"Pemerintah bersama rakyat Sultra terus memacu pembangunan diberbagai sektor, namun menemui kendala kelistrikan yang belum ada solusi," kata Gubernur Sultra Nur Alam pada acara rapat koordinasi sinkronisasi pemantapan pelaksanaan program Bahtermas yang dibuka Wakil Presiden H.M. Jusuf Kalla di Kendari, Rabu.

Sejumlah investor yang berniat menanamkan modalnya di daerah ini menemui kebutuhan listrik sehingga harus mendapatkan solusi dari pemerintah.

Investor yang serius menanamkan modal di Sultra, yakni pembangunan pabrik stainles steel di Kabupaten Konawe Utara dengan total investasi Rp7,3 triliun oleh PT Jindal (patungan PT Antam dan Jindal India).

Rencana pembangunan pabrik fero nikel oleh PT Inco di Kolaka dan PT Rio Tinto di Konawe Utara.

Pengembangan tanaman padi Arab seluas 180 ribu Ha di Konawe Utara dengan total investasi Rp14 triliun oleh Bin Laden Grup Saudi Arabia.

"Realisasi investasi sejumlah investor tersebut terhambat kelistrikan karena membutuhkan sekitar 150 MW. Kami mohon bantuan pemerintah pusat untuk mengatasi kendala listrik di daerah ini," kata Nur Alam.

Ia menambahkan potensi sumber daya alam untuk mengatasi krisis listrik di daerah cukup tersedia, seperti Sungai Lalindu, Sungai Konaweha (Kabupaten Konawe Utara), Sungai Pohara (Kabupaten Konawe) dan Sungai Wakangka (Kabupaten Buton).

"Potensi sungai yang dimiliki Sultra harus dimanfaatkan secara optimal agar tidak ketergantungan dengan listrik tenaga diesel yang membutuhkan biaya operasional tinggi," katanya.

Humas PLN Cabang Kendari, Abdul Rahim mengatakan daya mampu maksimal PLN Kendari 34 MW, sedangkan beban puncak 35 MW.

Karena keterbatasan daya listrik menyebabkan daftar tunggu pelanggan menumpuk sampai 13.000 dan pelanggan sebanyak 130.000.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009