Nilai sumbangan untuk sementara mencapai puluhan juta rupiah
Jakarta (ANTARA) - Forum Wartawan Peduli Jakarta (FWPJ) mendukung program pemerintah untuk mengatasi persoalan anak penderita kekurangan gizi dan gangguan perkembangan tubuh akibat kekurangan gizi (stunting) melalui turnamen golf di kawasan Bogor, Jawa Barat, Minggu (8/3).

"Sebagian hasil dari turnamen digunakan untuk membantu penderita kekurangan gizi," kata Ketua FWPJ, Agus Supriyanto melalui keterangan tertulis di Jakarta, Senin.

FWPJ menggandeng Lions Golf Club menggelar turnamen golf bersifat kejuaraan terbuka untuk membantu masyarakat dalam rangka Hari Gizi Nasional.

Baca juga: SEAMEO RECFON: stunting lebih berbahaya dari Covid-19

Agus mengatakan panitia akan menyalurkan sumbangan untuk anak penderita kekurangan gizi dan gangguan perkembangan tubuh akibat kekurangan gizi (stunting) di Jakarta dan daerah lain.

"Nilai sumbangan untuk sementara mencapai puluhan juta rupiah. Terus dikumpulkan dari para donatur dan sponsor. Nantinya akan diserahkan melalui yayasan terkait di Jakarta dan beberapa lainnya di pelosok Indonesia," kata Agus.

Peserta turnamen sebanyak 75 peserta berasal dari penggemar golf dan beberapa kalangan seperti akademisi, mahasiswa, club, pekerja BUMN, dokter, pengusaha, serta anggota DPR RI.

Beberapa perusahaan negara maupun swasta dari sektor perbankan, lembaga advokat, transportasi, kontraktor, dan pertambangan mendukung kegiatan amal itu.

Baca juga: Ahli: Kesadaran generasi milenial terhadap gizi masih rendah

Panitia berencana menyelenggarakan turnamen golf dan kegiatan amal secara rutin setiap tahun.

"Semoga acara kegiatan serupa dapat terselenggara kembali pada masa mendatang," ujar Agus.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menempatkan Indonesia sebagai negara ketiga dengan angka prevalensi stunting tertinggi di Asia pada 2017.

Angkanya mencapai 36,4 persen. Namun, pada 2018, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), angkanya terus menurun hingga 23,6 persen.

Baca juga: Hari Gizi Nasional momentum tingkatkan kesadaran masyarakat

Dari data yang sama, diketahui pula stunting pada balita di Indonesia pun turun menjadi 30,8 persen. Adapun pada Riskesdas 2013, stunting balita mencapai 37,2 persen.

Riskesdas memang dirilis setiap lima tahun sekali. Sedangkan stunting adalah kondisi gagal tumbuh yang antara lain disebabkan gizi buruk.

Anak dikatakan stunting ketika pertumbuhan tinggi badannya tak sesuai grafik pertumbuhan standar dunia. Atau dalam bahasa yang lebih umum adalah kuntet. Dari Riskesdas 2018 itu, sangat pendek mencapai 6,7 persen dan pendek 16,9 persen.

Standar WHO untuk stunting, batas maksimalnya adalah 20 persen atau seperlima dari jumlah total anak balita.

Baca juga: Orasi Menkes: Isu "stunting" prioritas untuk wujudkan Indonesia maju




Pewarta: Taufik Ridwan
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2020