Jakarta (ANTARA) - Pengamat intelijen, Suhendra Hadikuntono, memberi tanggapannya soal cara Presiden Joko Widodo dalam penanganan virus Corona di Indonesia, terkhusus  membentuk Gugus Tugas Reaksi Cepat Penanganan Covid-19.

Melalui pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu, dia berpendapat juga soal penunjukan Kepala BNPB, Letnan Jenderal TNI Doni Monardo, sebagai Komandan Gugus Tugas Reaksi Cepat Penanganan Covid-19 Indonesia.

Baca juga: Liga 1 dan Liga 2 dihentikan sementara sebagai imbas Covid-19

"Ini semakin menambah keyakinan kita semua bahwa penanganan wabah virus yang mematikan ini dapat terjalan dengan sigap, baik, dan tuntas," katanya.

Menurut dia, respons Jokowi juga terlihat dengan langsung menelepon selaku Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, sesaat setelah menerima surat dari pemimpin puncak WHO itu.

Baca juga: Pemkot Bandung keluarkan surat edaran batasi aktivitas masyarakat

"Sikap tanggap Presiden Jokowi ini menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia sudah dalam garis yang benar dalam penanganan Covid-19, dan Presiden Jokowi tidak menginginkan Indonesia digunakan sebagai fokus atau perhatian dunia terkait masalah Covid-19," katanya.

Pada saat pihak pemerintah sedang fokus menangani Covid-19, lanjut Hadikuntoro, lembaga intelijen negara harus sigap menangkal semua kepentingan yang akan memperkeruh suasana atau mengail di air keruh.

Baca juga: Budi Karya selalu terdepan tangani dampak COVID-19

"Secara logika seharusnya aparat intelijen negara mempunyai kemampuan untuk mengamankan politik negara. Kegagalan pihak intelijen dalam mengantisipasi berbagai peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu tidak boleh terulang kembali," katanya.

Lebih jauh tentang virus Corona, dia mengingatkan dengan novel scientific-thriller karangan Dean Koontz berjudul The Eyes of Darkness (TEOD) yang terbit 1981.

Baca juga: Budi Karya Sumadi tunjukkan tanda-tanda perbaikan

"Kita akan tercengang dan takjub. Alur ceritanya seolah ada benang merah dengan peristiwa pandemik Coronavirus atau Covid-19 yang terjadi saat ini. Bencana terjangan virus Corona yang bermula di Wuhan, Hubei, China, ini seolah bisa diramalkan akan terjadi sejak 40 tahun lalu," katanya.

Meskipun nama virus, objek sasaran dan sistem epidemiknya berbeda, namun Koontz, menurut dia, bisa menggambarkan dengan jernih dan rinci serangan senjata biologis buatan Rusia dan diledakkan di Wuhan itu.

Baca juga: Menhub Budi Karya Sumadi positif COVID-19

"Koontz bukan penulis biasa. Dia selalu melakukan riset dan berbasis referensi yang dipadukan dengan estimasi dan prediksi geopolitik global pasca-perang dingin. Senada dengan TEOD adalah film fiksi ilmiah Mission Impossible yang dibintangi Tom Cruise, yang juga sering menampilkan serangan bioteknologi tingkat global yang dikemas dengan tindakan intelijen dan kontra-intelijen," ujarnya.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2020