Libya (ANTARA) - Otoritas Libya pada Selasa (24/3) melaporkan kasus pertama virus corona saat sistem kesehatan negara itu begitu rentan akibat dilanda kekerasan bertahun-tahun.

Pusat Nasional Pengendalian Penyakit, yang beroperasi di sejumlah daerah yang dikendalikan oleh pihak bertikai Libya, tidak memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai kasus virus corona dalam pernyataannya.

Namun, dokter mengatakan pasien tersebut berada di rumah sakit di Tripoli.

Baik pemerintah yang diakui secara internasional di Tripoli di wilayah barat maupun pemerintah saingan yang menjalankan kekuasaan dari Benghazi di wilayah timur memberlakukan penutupan wilayah, menghentikan perjalanan luar negeri dan menjanjikan sumber daya untuk layanan kesehatan.

Tentara Nasional Libya (LNA), yang bermarkas di wilayah timur, berupaya merebut Tripoli sejak tahun lalu.

Kendati PBB pekan lalu menyerukan gencatan senjata oleh PBB agar semua pihak berfokus pada antisipasi wabah, pertempuran terus berlanjut. Aksi penembakan dan bentrokan parah masih muncul pada Selasa.

"Sistem kesehatan ini hampir roboh sebelum Anda menghadapi virus corona," kata Elizabeth Hoff, kepala misi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Libya.

Alat tes kesehatan terbatas, alat pelindung sangat minim dan terjadi krisis parah menyangkut tenaga medis, terutama di daerah perdesaan, kata Hoff.

"Ada rencana nasional, namun pendanaan belum dialokasikan untuk penerapannya," katanya.

Komite yang menangani penyakit seperti flu itu pada Rabu mengumumkan larangan bepergian antarkota dan daerah sampai ada pemberitahuan lebih lanjut.

Blokade pelabuhan minyak oleh pasukan yang bersekongkol dengan LNA di Libya timur menghilangkan sebagian besar pendapatan Bank Sentral Libya di Tripoli, yang mendanai lembaga negara dan gaji pegawai sektor umum di seluruh negeri.

Seorang dokter di pusat medis di Tripoli mengungkapkan dirinya belum menerima gaji sejak tahun lalu.

Bank sentral pararel di Benghazi, yang didirikan pemerintahan timur, pada Selasa mengatakan pihaknya telah membayarkan gaji para pegawai pemerintah di daerah Libya timur untuk pertama kalinya tahun ini, namun seorang dokter menyebutkan tidak ada uang yang masuk ke rekeningnya.

Sejumlah tenaga medis di Benghazi menolak bekerja di rumah sakit lantaran kurangnya gaji serta alat pelindung yang memadai, menurut salah satu dokter di sana, namun masalah tersebut akhirnya bisa teratasi.

Sumber: Reuters

Baca juga: Meski tak ada corona, pemerintah Libya Tripoli nyatakan status darurat

Baca juga: PBB berupaya selamatkan pembicaraan damai Libya



 

INDEF rekomendasikan perbesar belanja kesehatan demi selamatkan ekonomi

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020