Jika kita tidak berhasil dalam melaksanakan agenda ini, maka pencapaian pembangunan berkelanjutan dalam Agenda 2030 akan sulit diraih, khususnya pada tujuan ketiga yaitu menjamin kesehatan dan kesejahteraan bagi semua
Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mendorong ketersediaan akses peralatan kesehatan, obat-obatan, dan vaksin COVID-19 bagi negara berkembang dan negara-negara yang masih terbelakang .

Pernyataan tersebut disuarakan Menlu Retno pada pertemuan virtual Kelompok Aksi Regional untuk Asia Pasifik yang diinisiasi Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF), Selasa (21/4), yang diikuti sejumlah menteri di kawasan yakni dari Thailand, Malaysia, Filipina, dan Myanmar serta kalangan pebisnis, CEO, pengamat ekonomi, dan akademisi.

“Akses obat-obatan dan vaksin (COVID-19) bila nanti ditemukan, harus bisa dirasakan oleh negara berkembang dan least developed countries,” kata Pelaksana Tugas Kepala Biro Dukungan Strategis Pimpinan (BDSP) Kemlu Achmad Rizal Purnama dalam konferensi pers virtual, Rabu, merujuk pada pertemuan tersebut.

Menlu RI menegaskan bahwa kita harus menjamin bahwa komitmen kerja sama internasional untuk menangani COVID-19 harus diwujudkan dalam tindakan dan aksi nyata, antara lain dengan menurunkan hambatan terhadap hak kekayaan intelektual serta mendukung alih teknologi dan pengetahuan.

Karena hanya dengan cara itu, maka aksesibilitas dan keterjangkauan biaya vaksin dapat dicapai.

“Jika kita tidak berhasil dalam melaksanakan agenda ini, maka pencapaian pembangunan berkelanjutan dalam Agenda 2030 akan sulit diraih, khususnya pada tujuan ketiga yaitu menjamin kesehatan dan kesejahteraan bagi semua,” tutur Retno, dalam keterangan tertulis Kemlu.

Kemudian, Menlu RI juga mendorong peningkatan peran perempuan di Indonesia dan dunia untuk melawan COVID-19, mengingat 70 persen tenaga kesehatan di dunia adalah perempuan dan 64 persen UMKM dikelola oleh perempuan.

Untuk itu, Menlu mengajak semua kalangan baik pemerintah maupun swasta untuk dapat melibatkan pebisnis perempuan guna memitigasi dampak COVID-19.

Selain itu, Menlu Retno menyampaikan observasi tentang masa depan dunia pasca COVID-19 yang disebutnya tidak akan sama lagi.

“Dunia akan berubah termasuk tatanan global. Kita harus bersiap diri melihat dunia pasca COVID-19,” tutur Rizal

Globalisasi akan ditinjau kembali dengan berbagai penyesuaian, semua akan melakukan perubahan pendekatan pembangunan antara lain dengan diversifikasi produksi, dan akan lebih menekankan penggunaan sistem teknologi informasi (IT-based).

Lebih lanjut, Menlu RI menjelaskan bahwa reformasi PBB dan badan-badan internasional lainnya akan semakin dibutuhkan dalam tatanan hubungan internasional. Berbagai organisasi internasional harus dapat merespons lebih baik bencana pandemi global melalui penguatan tata kelola kesehatan dunia.

Hal ini, menurut dia, dapat dicapai dengan penguatan kepemimpinan, salah satu contohnya adalah KTT ASEAN dan ASEAN Plus Three yang menghasilkan langkah aksi konkret.

Selanjutnya, Menlu Retno menjelaskan pentingnya penguatan kemitraan masyarakat dan swasta, sebagai platform kolaborasi yang perlu diperkuat dan disempurnakan.

WEF sebagai forum dianggap telah berhasil mengembangkan model kolaborasi melalui WEF Disaster Resources Partnership Initiative yang diluncurkan di Jakarta pada 2011.

Bentuk kemitraan tersebut dapat ditiru dalam menghadapi keadaan darurat kesehatan guna mengatasi kekurangan peralatan kesehatan, penyediaan obat-obatan dan vaksin, serta perbaikan fasilitas medis lainnya.

Kerangka WEF nantinya juga akan saling menguatkan dengan berbagai inisiatif lainnya di kawasan, seperti ASEAN yang akan mendirikan Dana Penanganan COVID-19 ASEAN dan APEC yang menawarkan bantuan keuangan kepada UMKM. Anggota WEF juga akan mengadakan pertemuan lanjutan untuk menindaklanjuti pembahasan terkait penanganan COVID-19.

Didirikan pada 1971, WEF merupakan forum bergengsi sebagai wadah dialog ekonomi global antara pemimpin pemerintah dan kalangan bisnis guna membahas berbagai isu yang mempengaruhi ekonomi global dan menekankan pada penguatan kemitraan.

Baca juga: Retno Marsudi, diplomasi ala Kartini di tengah pandemi

Baca juga: Ikut uji coba pengobatan COVID-19, Indonesia tegas dukung WHO


Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020