Jember, Jawa Timur (ANTARA) - Pakar ilmu pangan (food science) Universitas Jember Dr Nurhayati mengatakan makanan sehat dan alami tidak mengandung bahan tambahan pangan (BTP) sintetis merupakan makanan yang baik untuk menghadapi pandemi virus corona jenis baru (COVID-19).

"Meskipun BTP diperbolehkan BPOM, akan tetapi semua BTP memiliki adequate daily intake (ADI), yaitu takaran sajian yang diperbolehkan tiap hari," katanya dalam siaran pers yang diterima ANTARA di Jember, Jawa Timur, Kamis.

Ia mengatakan lebih bagus lagi jika makanan yang dikonsumsi berbasis kearifan pangan lokal karena genetik kita sudah adaptif dengan pangan tersebut semenjak nenek moyang (yang dalam ilmunya disebut etnobotani, gastronomi dan sebagainya).

"Ada beragam resep makanan dari mbah buyut yang kaya akan rempah maupun resep jamu herbal yang diwariskan turun temurun. Yang bijak, pilihlah makanan yang tidak berpewarna sintetis, berpemanis sintetis, berpengawet kimia maupun berperisa sintetis," kata Nurhayati yang juga koordinator Kelompok Riset Pangan ASUH-Aman Sehat Utuh Halal Unej itu.

Menurutnya kembali ke alam, yakni mengonsumsi makanan apa yang ada di alam di sekitar kita, serta teknologi hadir untuk bagaimana bisa mengawetkan tanpa pengawet sintetis, menjaga kesegaran warna dan performanya tanpa penyegar maupun pewarna, harum karena kaya aromatik dan bioaktif lainnya yang alami.

"Tidak ada batasan harus mengonsumsi makanan jenis apa, namun yang membatasi adalah konsumsi pangan yang halal dan toyib. Terlalu luas untuk dijelaskan seperinci jenis makanan apa saja yang baik karena Allah SWT menciptakan segalanya di bumi dengan beragam jenisnya, Tuhan Maha Kaya serta Maha Mencipta. Yakinlah bahwa segala yang ada tercipta untuk kemaslahatan hidup manusia dan makhluk lainnya," ujarnya.

Terkait dengan makanan, lanjut dia, maka sejauh ini bisa ditelusuri riwayat masing-masing orang terhadap pangan apa saja yang tubuh tidak bereaksi alergi, sehingga senyampang tidak ada, maka itu baik untuk dikonsumsi secara tidak berlebihan.

"Bagi yang konsumsi jamu, maka minumlah jamu senyampang jamu tersebut masih terjaga komponen bioaktifnya, kemudian buah segar lokal yang masak ranum, pasti aduhai rasanya, telur ayam kampung atau telur bebek dari kandang begitu memberi nutrisi," ucap dosen Fakultas Teknologi Pertanian Unej itu.

Tidak hanya itu, ikan yang masih fresh tangkapan nelayan maupun asinannya yang diberi garam yang masih aman tentu begitu menggugah selera, serta daging dari binatang sehat dan halal yang akan memperkaya nilai gizi. Meskipun sekadar tempe dan tahu itupun sudah bisa mencukupi untuk kebutuhan protein.

"Apalagi disempurnakan dengan susu segar alami, insyaAllah menjadikannya pangan yang menyehatkan. Jangan lupa ikhtiar disempurnakan dengan istirahat tidur yang cukup enam jam/hari dengan beban pikiran yg difreshkan," tuturnya.

Nurhayati mengimbau masyarakat terus berusaha untuk senantiasa menjaga asupan gizi dan komponen bioaktif alami untuk mendukung kerja sistem imun tubuh menjadi smart dan tentunya protokol penanganan virus harus tetap dipatuhi sebaik-baik sebagai sebuah upaya manusia untuk menangkal virus corona.

Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020