Jakarta (ANTARA) - Sejumlah berita bidang humaniora selama sepekan menjadi perhatian banyak pembaca mulai akhir kasus pernyataan kontroversial Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang menyebutkan perempuan dapat hamil di kolam renang hingga penjelasan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tentang kemunculan cacing di Solo.

Pernyataan kontroversial Komisioner KPAI Sitti Hikmawatty tentang perempuan bisa hamil bila berenang bersama dengan laki-laki akhirnya berujung pada pemberhentian secara tidak hormat.

"Menindaklanjuti rekomendasi Dewan Etik, KPAI telah menyampaikan surat kepada Presiden RI untuk memberhentikan saudari SH dari jabatannya sebagai anggota KPAI," bunyi salah satu bagian dari siaran pers KPAI yang ditandatangani Ketua Susanto yang diterima di Jakarta, Kamis (23/4).

Pemberhentian secara tidak hormat tersebut tidak seketika dilakukan. Sebelumnya, KPAI telah membentuk Dewan Etik yang beranggotakan I Gede Palguna, Yosep Adi Prasetyo, dan Menanti Wahyurini untuk menilai pernyataan kontroversial Sitti sebelumnya.

Keputusan tersebut merujuk pada Pasal 21 Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2016 tentang Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang menyebutkan "Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota KPAI diberhentikan oleh Presiden atas usul KPAI melalui Menteri".

Pasal 23 Peraturan tersebut menyebutkan "Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota KPAI diberhentikan tidak dengan hormat karena: a. dijatuhi pidana karena bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; atau b. melanggar kode etik KPAI".

Berita tentang jenazah pasien dalam pengawasan COVID-19 yang dimakamkan di permakamanan khusus COVID-19 juga menjadi salah satu berita yang menarik perhatian pembaca.

Pasien dalam pengawasan di Kota Sorong berinisial HR (34) yang meninggal dunia Kamis (23/4) dimakamkan di permakaman khusus COVID-19 di Jalan Suteja, Kelurahan Malasilen, Jumat (24/4).

HR adalah pasien meninggal akibat COVID-19 yang pertama dikuburkan di permakaman khusus tersebut.

Warga di sekitar permakaman khusus itu sempat keberatan dengan pemakaman tersebut karena dinilai terlalu dekat dengan permukiman warga.

"Kami tidak menolak pemakaman jenazah tersebut, tetapi kami takut sumber air tanah yang kami gunakan tercemar karena jarak tidak begitu jauh dari permukiman. Seharusnya dipisahkan lebih jauh lagi," kata Sofian, salah satu warga.

Perhatian pembaca juga mengarah pada pernyataan BMKG tentang fenomena kemunculan ratusan cacing ke permukaan tanah di sejumlah tempat di Surakarta, Jawa Tengah.

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan kemunculan ratusan cacing ke permukaan tanah di sejumlah tempat di Solo belum dapat dipastikan sebagai pertanda akan terjadi gempa.

"Munculnya cacing di beberapa tempat di Solo, akhir-akhir ini, tampaknya belum dapat dikatakan sebagai petunjuk akan terjadi gempa. Fenomena cacing di daerah tersebut berdiri sendiri, tidak didukung bukti-bukti alamiah lain beserta data anomali prekursornya," kata Daryono melalui pesan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu (19/4).

Namun, dia mengatakan, isu kemunculan cacing yang dikaitkan dengan akan terjadinya gempa bukan tak berdasar.

Menurut dia, beberapa peristiwa gempa merusak di dunia, di antaranya memang diawali adanya gejala alamiah, berupa kemunculan cacing tanah secara massal.

Pernyataan Presiden Joko Widodo tentang kenaikan harga beras di tengah penurunan harga gabah kering juga menjadi salah satu kabar yang banyak dibaca.

Presiden Jokowi meminta jajarannya mencari siapa saja penikmat keuntungan atas kenaikan harga beras tersebut.

"Saya melihat di lapangan harga gabah kering turun 5 persen, tapi harga berasnya naik 0,4 persen, ini ada apa?" kata Presiden saat memimpin Rapat Terbatas "Antisipasi Kebutuhan Pokok", dari Istana Merdeka Jakarta, Selasa (21/4).

Presiden menilai kenaikan harga beras di tengah turunnya harga gabah kering menunjukkan adanya permasalahan di lapangan.

Kepala Negara secara tegas meminta jajarannya, khususnya Kementerian Perdagangan, melihat betul kondisi di lapangan.

"Tolong dilihat betul di lapangan. Lapangannya dicek betul, ini pasti ada masalah. Harga gabah kering turun, mestinya harga berasnya juga turun. Ini petani nggak dapat untung, harga beras naik, masyarakat dirugikan. Ini yang untung siapa, dicari," demikian Presiden. 

Baca juga: BMKG: Kemunculan ratusan cacing di Solo belum tentu pertanda gempa

Baca juga: Kasus "hamil di kolam renang" berujung pemberhentian anggota KPAI

Baca juga: Seorang PDP di Kota Sorong meninggal dunia

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020