Phnom Penh (ANTARA News) - Polusi di Sungai Mekong Asia Tenggara telah mendesak ikan lumba-lumba air tawar di Kamboja dan Laos mendekati kepunahan, kata satu kelompok konservasi internasional.

Yayasan untuk perlindungan alam di seluruh dunia (WWF) mengatakan, hanya 64 dari 76 ikan lumba-lumba sungai Irrawaddy masih berada di sungai Mekong, setelah tingkat racun pestisida, merkuri dan polutan lainnya ditemukan di lebih dari 50 anak sapi yang mati sejak tahun 2003.

"Polutan ini disebarkan luas di lingkungan, dan pula sumber polutan ini mungkin melibatkan beberapa negara melalui aliran sungai Mekong," kata dokter bedah hewan WWF, Verne Dove, dalam pernyataannya seperti dikutip AFP.

Organisasi ini mengatakan, penyelidikan yang dilakukannya menunjukkan bagaimana kontaminasi lingkungan telah menyerbu Mekong, yang alirannya melalui Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand, Vietnam dan provinsi China selatan, Yunan.

WWF menduga bahwa tinggi tingkat temuan merkuri di beberapa ikan lumba-lumba yang mati berasal dari aktivitas pertambangan emas.

WWF menambahkan, bahwa ikan lumba-lumba sungai Irrawaddy di Kamboja dan Laos sangat memerlukan program kesehatan untuk mencegah dampak polusi terhadap sistem kekebalan mereka.

Perkawinan di kalangan populasi yang kecil juga bisa menyokong lemahnya sistem immun dari ikan lumba-lumba yang mati muda. Semua itu terjadi pada anak ikan lumba-lumba yang baru berumur di bawah dua pekan.

"Ikan lumba-lumba sungai Mekong terisolasi dari anggota-anggota lainnya dari spesies mereka, dan mereka perlu mendapatkan bantuan kita," kata direktur WWF Kamboja, Seng Teak.

Ia menambahkan, bahwa mamalia `bisa menunjukkan kegembiraan yang luar biasa` jika habitat mereka dilindungi.

Ikan lumba-lumba Irrawaddy sungai Mekong, yang menghuni wilayah 190 kilometer (118 mil) di Kamboja dan Laos, telah tercatat dalam kondisi bahaya kritis sejak tahun 2004, kata WWF.

Ribuan ikan lumba-lumba Irrawaddy suatu ketika berenang di Mekong. Meskipun dianggap sebagai keramat di Kamboja dan Laos, jumlah mereka berkurang karena jaring penangkap ikan ilegal dan konflik sipil di Kamboja.

Dalam situasi itu, lapisan lemak ikan lumba-lumba digunakan sebagai minyak pelumas bagian-bagian mesin dan bahan bakar lampu.

Namun demikian, pemerintah Kamboja telah mempromosikan atraksi menyaksikan ikan lumba-lumba pada eco-turisme (wisata lingkungan) dan melarang penggunaan jaring-jaring ilegal yang menjerat mereka.

WWF berharap bahwa larangan jaring-jaring penangkapan pada ikan lumba-lumba itu bisa memproteksi daerah-daerah, untuk meningkatkan jumlah mereka menjadi 170 dalam tempo beberapa tahun mendatang.

Mekong adalah salah satu dari hanya lima habitat air tawar di dunia untuk ikan lumba-lumba Irrawaddy, dan Kamboja berupaya mendukung perbanyakan populasi.

Dengan warna kulit abu-abu pucat mereka dan paruh yang tumpul, ikan lumba-lumba Irrawaddy lebih menyerupai ikan lumba-lumba dari pada kerabat mereka yang berada di laut.

Sungai terpanjang di dunia ini merupakan daerah industri perikanan, memproduksi sekitar 2,5 juta ton ikan per tahun seharga lebih dari dua miliar dolar AS. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009