Jakarta (ANTARA) - Sejumlah kalangan, terutama di kalangan menengah, dalam beberapa tahun terakhir muncul kecenderungan membaca minimal satu buku selama Ramadhan.

Alasannya bermacam-macam. Ada yang sekadar mengisi waktu luang atau mengisi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat. Ada yang alasan lebih serius, memperluas pengetahuan dan menambah ilmu.

Kalangan menengah yang ingin mengisi kekosongan jiwa dan kembali ke nilai-nilai spiritual cenderung membaca buku agama, seperti Syirah Nabawiyah (sejarah hidup Nabi Muhammad SAW), atau cendikiawan Muslim lainnya, baik di masa-masa awal kebangkitan Islam, maupun cendikiawan Muslim kontemporer.

Terlepas dari itu semua, terdapat tradisi, tepatnya anjuran, untuk membaca Al Quran selama bulan suci Ramadhan.

Ramadhan bisa juga disebut bulannya Al Quran karena di bulan ini Al Quran diturunkan. Dalam agama Islam, membaca Al Quran adalah ibadah dan setiap ibadah di bulan Ramadhan mendapat pahala berlipat ganda.

Hadits riwayat Tirmidzi menyatakan membaca satu huruf dalam Al Quran mendapat 10 kebaikan. Misalnya mengucapkan, Nuun.., kata (kalimat) pertama pada Surah Al Qalam (68) maka pembacanya sudah mendapat 10 kebaikan.

Selengkapnya HR Tirmidzi mengatakan, "Siapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al Quran), maka baginya satu kebaikan. Satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh yang semisal. Aku tidak katakan alif laam miim itu satu huruf. Namun alif itu satu huruf, laam itu satu huruf, dan miim itu satu huruf.”(HR. Tirmidzi, no. 2910. Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan sahih. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

Bayangkan jika seseorang membaca Ayat Al Ikhlas yang populer di kalangan Muslimin yang berisikan kalimat tauhid tentang keesaan Allah dimana segala sesuatu bergantung padaNya, tidak beranak dan juga tidak diperanakkan, serta tak ada yang setara denganNya. Ayat ini terdiri dari 47 huruf sehingga pembacanya akan mendapatkan 470 kebaikan.

Baca juga: Wali Kota: tidak ada larangan tadarus pakai pengeras suara

Tadarus

Salah satu aktivitas yang marak selama Ramadhan adalah membaca Al Quran bersama-sama atau biasa disebut tadarus. Umat Islam secara berkelompok, di masjid, surau atau langgar membaca Al Quran bersama hingga khatam (tamat).

Membaca Al Quran secara bersama sudah pasti lebih asyik karena segala sesuatu yang dilakukan secara bersama dirasa lebih ringan, seperti kata pepatah, berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.

Unsur kebersamaan menjadikan letih dan kantuk tidak terasa sehingga dalam jangka waktu tertentu bisa khatam (tamat).

Asyiknya lagi, bisa khatam bersama karena kala seseorang membaca yang lain menyimak hingga tiba giliran dia membaca, orang lain menyimak. Dengan demikian satu kelompok yang melaksanakan tadarus membaca Al Quran secara bersama, baik secara jahr (membaca dengan suara dikeraskan), atau sirr (membaca dalam hati) ketika teman satu kelompok sedang membaca dengan suara dikeraskan.

Tadarus dalam kamus Bahasa Indonesia artinya pembacaan Al Quran secara bersama-sama (di bulan Ramadhan).

Dalam bahasa Arab tadarus berasal dari kata darosa-yadrusu, yang artinya mempelajari, meneliti, menelaah, mengkaji, dan mengambil pelajaran. Lalu tambahan huruf ta' di depannya sehingga menjadi tadaarosa-yatadaarosu, maka maknanya bertambah menjadi saling belajar atau mempelajari secara lebih mendalam.

Al Quran adalah wahyu Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril yang diturunkan secara berangsur-angsur, tidak sekaligus.

Al Quran diturunkan di Bulan Ramadhan di Gua Hira, di Jabal Nur (Gunung Nur) tidak jauh dari Kota Makkah, ketika Nabi Muhammad SAW sedang mengasingkan diri dari kehidupan kota.

Mulianya Al Quran karena dia adalah firman Allah SWT, penguasa alam semesta yang menurunkan pegangan hidup hingga hari kiamat nanti. Siapa pun yang berpegang padanya akan selamat dunia akhirat.

Baca juga: Ramadhan kesempatan warga kuatkan perilaku hidup sehat

Tadarus dan pandemi

Tadarus di kala pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) saat ini tentu tidak bisa dilakukan di masjid, di surau atau di langgar lagi. Begitu juga di majlis taklim ibu dan bapak sekalian.

COVID-19 mengajak setiap keluarga untuk tadarus bersama anggota keluarga. Kepala keluarga mengajar isteri dan anak membaca Al Quran.

Setiap huruf yang diajarkan akan menjadi amal jariah yang akan terus mendulang pahala pada setiap orang yang diajarkan (murid) mempraktikkannya dengan membaca Al Quran atau mengajarkannya lagi ke orang lain.

Tadarus sesungguhnya bukan sekadar membaca hingga khatam, tetapi juga mempelajari, meneliti, menelaah, mengkaji, dan mengambil pelajaran. Saat ini sudah banyak tafsir Al Quran yang berisikan sebab musabab (asbabun nuzul) turunnya ayat Al Quran dan menafsirkan maknanya lebih luas.

Mantan Menteri Agama Prof Muhammad Quraish Shihab mengatakan dahulu sahabat Nabi Muhammad SAW berkumpul dan berdiskusi melakukan tadarus sampai paham dengan isi kandungan ayat yang dibaca. Bahkan mereka tidak berpindah ke ayat lain sebelum mereka paham betul ayat yang dibaca dan dipelajari.

Bagi kepala keluarga yang paham agama mungkin itu bukan kendala, bagi mereka yang pemula, bisa mengawalinya dengan mengajar dan membaca Al Quran bersama.

Pada banyak kejadian dan di kalangan ulama dahulu, memperkenalkan Al Quran sejak dini lebih baik dan lebih mudah dibandingkan usia dewasa atau senja. Artinya, kenalkan anak-anak pada Al Quran sesegera mungkin.*

*disarikan dari berbagai sumber

Baca juga: Komunitas TurunTangan berbagi makanan buka puasa untuk petugas TPU

Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020