"Kita sudah uji coba dan sekarang kami gunakan di tempat kebugaran sekaligus Sekretariat Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI)," kata pemerhati masalah sosial, Wijaya Candra di Palu, Senin.
Baca juga: Telkom University ciptakan robot sterilisasi ruang isolasi corona
Dia mengatakan UVC tersebut ia kembangkan karena dinilai tidak memberi dampak negatif terhadap kesehatan untuk jangka panjang, apalagi jika mengandung klorin dan alkohol.
Wijaya mengatakan dari segi biaya, bilik UVC atau Far-UVC sedikit lebih mahal jika dibanding menggunakan disinfektan dengan perkiraan biaya mencapai Rp20 juta satu bilik.
"Agak mahal karena kita pakai besi kotak untuk chamber-nya. Alat uapnya juga sudah mahal. Ozon juga mahal," kata Wijaya.
Ketua PSMTI Sulteng itu mengaku ia sudah memaparkan ke pemerintah kota setempat terkait inovasi teknologi untuk memutus penyebaran COVID-19 tersebut, dengan harapan pemerintah juga melakukan hal yang sama untuk dipasang di ruang-ruang pelayanan publik.
Baca juga: RS rujukan COVID-19 di Jabar akan pakai robot disinfektan ultraviolet
Baca juga: Gunakan aplikasi pengukur UV untuk ketahui kapan baiknya berjemur
Dia mengatakan dirinya bersama timnya membuat alat tersebut setelah mengikuti perkembangan dari beberapa universitas dan daerah-daerah yang mengembangkan UVC tersebut.
Wijaya mengatakan alat tersebut rencananya dikembangkan setelah melalui uji coba dengan satu produk yang saat ini telah dioperasikan di salah satu pusat kebugaran di Kota Palu.
Pewarta: Adha Nadjemudin
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020