Klungkung, Bali (ANTARA) - Sebanyak 28 pekerja migran Indonesia (PMI) asal Kabupaten Klungkung Bali diizinkan pulang setelah menjalani karantina dan "rapid test" dengan hasil negatif.

"Jadilah contoh yang baik dalam memutus penyebaran COVID-19 di masyarakat. Jangan ngumpul-ngumpul dan berpesta di tengah pandemi ini. Lebih baik uang yang dimiliki disimpan untuk bertahan hidup selama pandemi," kata Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta saat melepas kepulangan puluhan PMI tersebut di GOR Swecapura, Gelgel, Kamis.

Baca juga: Polda NTB telusuri riwayat korban TPPO kapal ikan Cina asal Sumbawa

Ia mengatakan karantina di hotel merupakan bentuk penghargaan Pemkab Klungkung kepada para PMI, yang telah berjuang di luar negeri untuk mencari devisa sebagai wujud keikutsertaaan dalam membangun daerah, khususnya membangun keluarga masing masing.

Walaupun telah melakukan karantina dan lolos rapid test, ia mengingatkan mereka untuk tetap melakukan karantina mandiri di rumah.

Baca juga: DFW: ABK jadi korban kerja paksa kapal ikan asing bertambah

Hal itu berkaca pada kejadian di lapangan, karena COVID-19 yang mengalami evolusi dan berkembang pada hari ke 18 dan bahkan pada hari ke 20 dan hari ke 30.

"Setelah sampai di rumah masing-masing harus segera melapor ke Posko Gotong Royong Penanganan COVID-19 yang ada di desa," katanya.

Baca juga: Dua Pekerja Migran Indonesia gagal kembali ke daerah asal

Sementara salah seorang PMI mengucapkan terima kasih kepada Pemkab Klungkung, karena telah memfasilitasi kepulangan mereka, mulai dari penjemputan di bandara hingga mendapat tempat karantina yang layak serta dapat kembali kekeluarga masing-masing.


Pasien COVID-19 Jembrana

Sementara itu, pasien COVID-19 yang dirawat di RSU Negara, Kabupaten Jembrana, Bali, berkurang tiga orang setelah dinyatakan sembuh, namun masuk lagi lima pasien baru yang positif terinfeksi virus tersebut.

"Empat pasien baru berasal dari pekerja migran Indonesia, yang menjalani swab test saat dikarantina, dan satu lagi dari sopir yang sering melakukan perjalanan antarpulau," kata Juru Bicara Satgas COVID-19 Jembrana dr I Gusti Agung Putu Arisantha.

Ia mengatakan kasus positif COVID-19 terhadap pelaku perjalanan dalam negeri ini merupakan pertama kali di Kabupaten Jembrana, karena profesi sopir antarpulau memang berisiko terinfeksi virus corona.

Menurut dia, sebelum dinyatakan positif berdasarkan hasil swab test, sopir asal Desa Banyubiru, Kecamatan Negara ini terlebih dahulu menjalani tes cepat dengan hasil reaktif.

Untuk mengantisipasi dan mendeteksi transmisi lokal, ia mengatakan telah melakukan penelusuran terhadap orang-orang yang pernah kontak erat dengan pasien ini, dan mendapati empat orang, yang langsung dilakukan swab test.

"Mereka tidak lagi menjalani rapid test, tapi langsung swab test untuk memastikan tertular COVID-19 atau tidak. Langsung swab test bagi orang yang pernah kontak dekat dengan pasien yang positif ini, merupakan kebijakan Satgas COVID-19," katanya.

Dengan bertambahnya lima pasien ini, secara kumulatif di warga Kabupaten Jembrana yang tertular COVID-19 menjadi 24 orang, dengan 16 orang diantaranya sudah dinyatakan sembuh.

"Pasien yang sembuh sudah dua kali menjalani tes usap. Sudah tidak ada COVID-19 di dalam tubuhnya. Namun kami minta tetap waspada, dengan menerapkan protokol kesehatan saat pandemi virus ini," kata Wakil Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan.

Saat melepas kepulangan tiga pasien COVID-19 yang dinyatakan sembuh dan tiga pasien pelaku perjalanan yang hasil rapid testnya reaktif, namun saat swab test dinyatakan negatif di RSU Negara itu ia mengatakan tiga orang pasien positif COVID-19 yang sembuh tersebut berasal dari pekerja migran Indonesia, yang sebelumnya menjalani karantina di hotel begitu tiba di Bali.

Menurut dia, seluruh pekerja migran langsung dijemput Pemkab Jembrana dan ditempatkan di hotel-hotel, untuk menjalani karantina, rapid test dan swab test, untuk memastikan kondisi kesehatan mereka sebelum diizinkan pulang.

Ia juga mengingatkan, meskipun sampai saat ini penambahan kasus positif di Kabupaten Jembrana merupakan yang paling rendah di Provinsi Bali, masyarakat harus tetap menjalankan protokol pencegahan COVID-19, agar tidak terjadi lonjakan pasien.

"Meskipun penambahan pasien positif di Jembrana rendah, jangan meremehkan dan tetap waspada, karena pandemi belum berakhir," katanya.

Kepada masyarakat ia juga minta tidak terjebak stigma negatif terhadap warga yang pernah tertular virus ini, karena saat rumah sakit memberikan izin pulang, yang bersangkutan dipastikan sudah negatif dari virus tersebut.

Pewarta: Naufal Fikri Yusuf/Gembong Ismadi
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2020