Tulungagung (ANTARA News) - Puluhan Jemaah Habib Ahmad Bin Salim Al Muhdlor (jemaah Al Muhdlor) yang berada di Desa Wates, Kecamatan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Sabtu, sudah merayakan Idul Fitri 1430 Hijriah.

Peringatan 1 Syawal 1430, sebagai pertanda memasuki Lebaran Tahun 2009 ini mereka adakan dengan menggelar kenduri (selamatan) di masjid Nur Muhammad, yang terletak di pondok Habib Ahmad tersebut. Mereka meyakini, jika hari Sabtu ini sudah memasuki 1 Syawal, sesuai dengan hisab yang mereka lakukan.

Salah satu jemaah, Anshori mengungkapkan, berdasarkan perhitungan yang mereka lakukan, hari ini (19/9) sudah memasuki bulan 1 Syawal, sehingga ia dengan puluhan jemaah lainnya menggelar shalat Idul Fitri.

"Kami mengikuti ajaran dari Habib Ahmad sewaktu beliau masih hidup, bahwa perayaan Idul Fitri lebih dahulu ketimbang lainnya," katanya mengungkapkan.

Namun, ia mengaku tidak mengetahui dengan persis proses perhitungan awal puasa maupun Syawal, sehingga berbeda dengan jemaah lainnya. Pihaknya hanya meneruskan ajaran Habib Ahmad yang sudah meninggal dunia.

Sementara itu, untuk menghindari permasalahan di tubuh umat muslim lainnya, mengenai perbedaaan menentukan hisab awal tanggal 1 Syawal, pihak pondok melaksanakan shalat secara tertutup dan hanya diikuti sesama jemaah. Usai shalat, mereka menggelar kegiatan kenduri bersama.

Pondok tersebut merupakan pusat kegiatan jemaah Habib Ahmad Bin Salim Al Muhdlor di Desa Wates, Kecamatan Sumbergempol dan merupakan pusat kegiatan jemaah yang terbesar di Kabupaten Tulungagung. Banyak para pengikutnya yang sudah tersebar baik di Jawa maupun Sumatera, yang diperkirakan hingga ratusan orang.

Sementara itu, Rois Syuriah PCNU Kabupaten Tulungagung, K.H. Hadi Mahfudh mengaku, sudah seringkali mendapat laporan tentang aktivitas jemaah Al Muhdlor, terutama terkait dengan pelaksanaan Ramadhan dan penetapan 1 Syawal yang berbeda dengan pemerintah.

Mereka selalu melaksanakan kegiatan tersebut lebih awal satu hingga tiga hari dari ketetapan pemerintah serta majelis ulama pada umumnya.

"Kami akan berupaya mengajak berbicara kepada mereka untuk kembali ke jalur yang benar. Sebab, selain jemaah tersebut ternyata banyak warga umum yang mengikuti pilihan untuk melaksanakan Syawal, padahal secara resmi belum ditetapkan," katanya mengungkapkan.

Gus Hadi, sapaan karibK.H. Hadi Mahfudh juga mengemukkakan, berdasarkan perhitungan baik dengan Hisab "Haqiqi Taqribi" (yang menggunakan metode rukyah) 1 Syawal diperkirakan akan terjadi Minggu (20/9), dimana bulan sudah terletak pada titik 5.21 derajat - 8.03 derajat.

Sementara, berdasarkan perhitungan dengan metode "Haqiqi Bittahqiq" (melihat hilal) bulan terlihat pada titik 5.11 derajat - 8.54 derajat, dan yang terakhir menggunakan metode sistem modern di antaranya dengan almanak "newtica, jean meeus, edhimeris, maupun new coumb", bulan terletak pada titik 5.37 derajat - 6.40 derajat.

Pihaknya menilai, NU ikut bertanggung jawab dengan banyaknya warga muslim lain yang mengikuti dengan penetapan 1 Syawal, walaupun bukan jemaah resmi. Sehingga, pihaknya akan menindaklanjutinya, salah satunya dengan memberi imbauan kepada warga umum, untuk mengikuti penetapan lebaran oleh pemerintah.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009