Jakarta (ANTARA) - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) menyatakan belum ada keputusan final terkait kepastian Jepang akan ikut serta dalam megaproyek kereta api cepat Jakarta ke Bandung diintegrasikan atau diperpanjang ke Surabaya, Jawa Timur.

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves, Ridwan Djamaluddin dalam jumpa pers virtual di Jakarta, Senin, menjelaskan pemerintah tetap berupaya agar megaproyek itu tetap berjalan sesuai jadwal.

"Saya memilih memberikan perspektif strategis lintas kepentingan, bagaimana mempertahankan agar proyek kereta cepat Jakarta-Bandung itu tetap dapat terlaksana sesuai jadwal. Kalaupun dibutuhkan mitra strategis baru, tidak tertutup kemungkinan," katanya.

Baca juga: Airlangga: Kereta cepat diperpanjang Jakarta - Bandung - Surabaya

Meski mengaku tidak mengetahui secara rinci, Ridwan mengatakan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung dan kereta semicepat Jakarta-Surabaya merupakan satu kesatuan dalam sistem transportasi di Pulau Jawa.

Maka, kesempatan bagi investor terhadap integrasi kedua proyek transportasi massal itu terbuka selama dibutuhkan.

"Pembahasannya saya tidak tahu, tapi realitanya seperti itu. Kalau di perjalanan ada mitra baru, bawa manfaat dan semua pihak setuju, tentu tidak tertutup kemungkinan," ujarnya.

Ridwan menjelaskan kedua proyek memang rencananya dibangun sebagai alternatif moda transportasi yang bisa melengkapi moda transportasi yang telah ada.

Baca juga: Erick Thohir pastikan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung terus jalan

Untuk kereta cepat Jakarta-Bandung dengan kontraktor pelaksana PT Kereta Cepat Indonesia China atau KCIC, progresnya masih terus berjalan meski sempat ada kendala termasuk pandemi Covid-19. Kendati demikian, tidak ada perubahan perencanaan dan hanya ada penyesuaian yang dilakukan dalam proyek tersebut.

Sementara untuk kereta semicepat Jakarta-Surabaya, progresnya berjalan lambat karena masih terus berkutat dengan studi kelaikan yang dikerjakan bersama Lembaga Kerja Sama Internasional Jepang atau JICA.

Ridwan menambahkan, terlepas dari siapa mitra strategis dalam megaproyek tersebut, keputusan utama tetap di tangan Indonesia. Tak kalah penting adalah manfaat transportasi yang nantinya terbangun itu.

"Menurut saya yang paling penting secara nasional skenario kita seperti apa terlepas kita bermitra dengan Tiongkok misalnya Jakarta-Bandung atau sedang bermitra dengan Jepang untuk studi Jakarta-Surabaya. Namun keputusan adalah di tangan pemerintah Indonesia kita mau seperti apa skenarionya yang menguntungkan tentunya. Maka yang paling penting sekali lagi dia efisien dan kalau sudah terbangun nanti memang memberikan tawaran yang baik bagi masyarakat," pungkas Ridwan.


 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020