Jakarta (ANTARA) - Kementerian Komunikasi dan Informatika menyatakan tidak ada data yang bocor dari aplikasi PeduliLindungi, menyusul informasi mengenai dugaan data COVID-19 diretas dan dijual di situs gelap.

"Setelah dilakukan asesmen dan evaluasi keamanan secara menyeluruh, PeduliLindungi aman dan tidak ada kebocoran data," kata Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate, dalam pesan singkat kepada ANTARA, dikutip Minggu.

Hasil pemeriksaan tersebut tidak untuk dipublikasikan, kata Johnny.

Kementerian Kominfo melibatkan Badan Siber dan Sandi Negara untuk menelusuri dugaan kebocoran data COVID-19 Indonesia. BSSN, seperti dinyatakan Menteri Johnny, juga menyatakan tidak ada data yang bocor.

Baca juga: BSSN pastikan tak ada kebocoran data pasien COVID-19

"Keamanan data COVID-19 akan terus dijaga dan keamanan sistem juga terus ditingkatkan," kata Johnny.

Kominfo mengingatkan masyarakat untuk tidak melakukan "unethical hacking", meretas untuk mencuri data misalnya, karena merupakan pelanggaran hukum, baik di Indonesia maupun negara lainnya.

Menteri Johnny yakin jika kepolisian tidak akan mentoleransi kejahatan di ruang siber.

Sebelumnya, peretas menjual data COVID-19 Indonesia di situs pasar gelap RaidForums, dan mengaku mengantongi sejumlah data sensitif dari pasien COVID-19 di Indonesia.

Lewat fitur spoiler di situs tersebut, data yang diambil antara lain berupa nama, alamat tinggal, tanggal pelaporan, jenis kelamin, status pasien hingga riwayat keluhan penyakit.

Peretas mengklaim data tersebut diambil saat pembobolan pada 20 Mei lalu, berjumlah 230.000 data dalam format MySQL.

Baca juga: Tak hanya keamanan siber, data COVID-19 bocor berisiko sanksi sosial

Baca juga: Kominfo telusuri dugaan peretasan data COVID-19

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2020