pendekatan digital dalam penelitian sosial-humaniora saat pandemi menjadi alternatif terbaik
Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Tri Nuke Pudjiastuti mengatakan pendekatan digital menjadi alternatif terbaik dalam upaya pengumpulan data penelitian di tengah pandemi COVID-19.

"Pengumpulan data berbasis pendekatan digital dalam penelitian sosial-humaniora saat pandemi COVID-19 menjadi alternatif terbaik," kata Nuke dalam seminar virtual "Tantangan Metode Digital pada Riset Sosial Humaniora di Masa Normal Baru", Jakarta, Kamis.

Sebelum pandemi COVID-19, interaksi peneliti dengan masyarakat sebagai sumber data penelitian sangat mudah dilakukan. Namun, pada saat masa pandemi, peneliti sulit melakukan pertemuan fisik atau kontak langsung dengan orang lain sebagai sumber data penelitian karena pertimbangan aspek keselamatan dari ancaman penularan COVID-19.

"Kita bisa hitung pada satu tahun atau dua tahun ke depan agaknya pengumpulan data ilmiah di mana kita bisa turun ke lapangan terjadi permasalahan bagi riset sosial," tutur Nuke.

Apalagi pada saat pandemi, masyarakat harus menerapkan jaga jarak (physical dan social distancing) menjadi upaya dalam pencegahan penularan COVID-19 di tengah masyarakat.

Karenanya, Nuke menuturkan kegiatan riset harus mampu melakukan transformasi pengumpulan data secara dalam jaringan (online) di tengah pandemi COVID-19.

Baca juga: LIPI kembangkan obat dan alat uji COVID-19 hingga solusi untuk UMKM

Baca juga: LIPI: Kebun Raya Bogor tetap jaga fungsi riset dan konservasi


Dalam mendukung dan memudahkan kegiatan riset yang menggunakan pendekatan digital dalam pengumpulan data penelitian, maka dukungan infrastruktur teknologi dan komunikasi, logistik dan pembiayaan masih dibutuhkan demi mewujudkan keterjangkauan dan keterwakilan obyek dan tujuan penelitian.

Menurut Nuke, klirens etik penelitian menjadi instrumen kunci untuk mengukur keberterimaan secara etik dalam proses penelitian meski ada transformasi dalam kegiatan penelitian terkait adanya pandemi COVID19 tersebut.

"Klirens etik akan melindungi subyek penelitian atau responden dari bahaya fisik, psikis, sosial, dan konsekuensi hukum sebagai akibat turut berpartisipasi dalam suatu penelitian," ujar Nuke.

Nuke menuturkan status apakah suatu penelitian memerlukan atau dikecualikan dari proses klirens etik diputuskan oleh Komisi Klirens Etik, bukan oleh peneliti atau lembaga lain.

Kepala Pusat Penelitian Kependudukan LIPI Herry Yogaswara mengatakan peran Komisi Klirens Etik dalam penelitian sangat penting dalam menjaga kaidah-kaidah akademis sehingga kegiatan riset dapat terus berlangsung dan tetap mempertahankan signifikasi ilmiah.

"Sangat tidak etis kalau penelitian dilakukan dalam suasana pandemi kalau tidak memenuhi klirens etik," tutur Herry.

Herry menuturkan platform dalam jaringan (online) seperti Zoom, Webex, atau Googleform sangat rasional digunakan dalam kegiatan penelitian meskipun secara statistik harus lebih diperhatikan dari sisi validitas dan realibilitas.


Baca juga: Dorong Kualitas Hidup Masyarakat, Wellbeing Institute Gelar Riset Publik Digital

Baca juga: LIPI targetkan tambah 10 unit kapal riset perkuat penelitian samudera

 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020